Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Kamis, 19 Oktober 2023

Tuhan adalah Gembalaku

Yakobus 3:13-18
Hikmat Yang Dari Atas.


Apakah kita sudah memiliki hikmat yang benar? Kita perlu memiliki hikmat yang sesungguhnya dengan memahami firman Tuhan agar dapat menerangi pikiran dan hati kita.


Ada orang mengkritik orang lain untuk tujuan membangunnya. Tetapi orang yang dikritik itu malah menjadi putus asa dalam hidupnya.


Banyak orang akan berkomentar bahwa orang tersebut baper, karena baru dikritik sedikit sudah menjadi down.


Ada orang yang mempersulit orang lain dan mengatakan bahwa setiap orang perlu usaha untuk mendapatkan sesuatu agar memiliki mental yang tekun.


Ada orang yang memaki orang lain dan beranggapan bahwa orang seperti itu memang harus dimaki-maki agar berubah.


Apakah mereka sudah memiliki hikmat yang sesungguhnya? Sebagai orang percaya, kita harus bersikap dengan hikmat surgawi.


Yakobus 3:13-18


13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.


14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!


15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.


16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.


17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.


18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.


Firman Tuhan membedakan hikmat dalam dua kategori. Kita sering memikirkan hikmat hanya dalam satu kategori, tetapi hikmat Tuhan berbeda dengan hikmat dunia, manusia, dan si jahat.


Pesan firman Tuhan bagi kita:

1. Kita harus waspada terhadap hikmat dari dunia, dari hawa nafsu manusia, dan dari si jahat.


Yakobus 3:15-16


15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.


16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.


Kita sebagai orang percaya tidak luput dari pengaruh dan nilai-nilai yang ada di dalam dunia, sebab kita dipengaruhi oleh kedagingan dan kuasa si jahat beserta tipu muslihatnya.


Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kita harus waspada, tidak boleh sombong, dan merasa diri paling berhikmat.


Banyak orang percaya yang mengabaikan firman Allah dan merasa bisa berjalan sendiri.


Jangan lupa bahwa kita masih hidup di dalam dunia dengan pengaruh kuasa gelap dan kedagingan yang menguasai. Kita tidak dapat hidup tanpa dipengaruhi oleh dunia, kedagingan, dan kuasa gelap.


Kita harus menyadari bahwa hikmat dunia tidak bersesuai dengan hikmat Allah. Oleh karena itu, kita perlu diisi oleh firman Allah, sebab firman itu adalah pedang roh sehingga saudara kita juga boleh mengenal akan hikmat dari Allah itu.


Permulaan hikmat adalah takut akan Allah. Perjanjian Lama berbicara mengenai takut akan Allah yang bukan hanya sekadar sikap hati seseorang, tetapi orang yang mau menekuni membaca firman Tuhan.


Kita sering berpikir bahwa takut akan Tuhan adalah semata-mata menghormati Tuhan. Realisasi dari seorang yang takut akan Tuhan menurut Perjanjian Lama adalah ia menuruti firman Allah.


Permulaan hikmat adalah ketika kita menekuni firman Tuhan, sebab itu adalah satu-satunya cara kita terhindar dari jeratan hikmat dunia, kedagingan, dan si jahat.


Kita sering memiliki sikap yang seakan-akan kita ini berhikmat, seperti bertanya-tanya: “Mengapa Allah tidak adil? Ia memberikan yang baik kepada orang lain, tetapi tidak kepada saya?”


Kita berbicara mengenai keadilan, tetapi di dalam hati kita terisi iri hati. Kita merasa bahwa kita penuh dengan hikmat, tetapi kita sedang terjerat oleh dunia.


Ketika kita hidup berpusat pada diri sendiri, maka kita tidak akan memiliki hikmat surgawi melainkan hanya terjerat dengan hikmat duniawi, kedagingan, dan si jahat.


Mari kita menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Tuhan, sebab permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan.


2. Hikmat surgawi itu nyata dalam perbuatan baik dan kelemahlembutan.


Yakobus 3:13, 17-18


13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.


17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.


18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.


Firman Tuhan memberitahukan mengenai hikmat surgawi itu diterapkan kehidupan ini. Alkitab mengatakan dengan jelas:

Yakobus 3:13

Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.


Hikmat surgawi itu nyata dari perbuatan baik dan dari kelemahlembutan. Hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, artinya tidak bercampur dan sudah disucikan oleh Roh Kudus.


Selanjutnya adalah pendamai, artinya kita tidak bermusuhan dan membawa damai dengan orang lain.


Kita juga peramah dan penurut, artinya kita baik, berguna, dan tidak liar. Kita menjadi orang-orang yang sopan di tengah dunia ini serta berbelas kasihan dengan tidak membesar-besarkan masalah orang lain dan memaafkannya.


Kita juga harus memiliki buah-buah yang baik. Hikmat surgawi itu akan nyata di dalam perbuatan baik dan kelemahlembutan kita. Marilah kita mengevaluasi diri sendiri mengenai hikmat surgawi itu.


Hikmat surgawi itu nyata dari tutur kata, perilaku, sikap hati, perbuatan, dan kelemahlembutan kita.


Hikmat surgawi itu adalah melakukan kebenaran dengan penuh damai sejahtera, sehingga apa yang kita lakukan dapat membawakan damai sejahtera di dalam kehidupan orang lain.


Ketika kita hanya memusatkan dan mementingkan diri kita sendiri, maka kita tidak dapat memiliki hikmat surgawi.


Hal itu dikarenakan mementingkan diri tidak akan membawa kedamaian di dalam kehidupan orang lain, kita akan cenderung tidak hidup dalam kebenaran.


Mari kita memiliki hikmat surgawi dengan tunduk kepada kebenaran firman Tuhan dan hidup dipenuhi oleh Roh Kudus.


Doakan dan renungkan.


* Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.


* Hikmat yang dari atas adalah murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.


Merasa berhikmat? Mari introspeksi diri