Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Selasa, 17 Oktober 2023

Tuhan adalah Gembalaku

Yakobus 2:14-26

Iman Tanpa Perbuatan pada Hakekatnya adalah Mati


Tidak mudah bagi kita untuk mengenali batin seseorang, lebih mudah untuk mengenali apa yang tampak secara lahiriah atau apa yang dikatakan orang.


Kita sendiri pun seringkali tidak mengenali kondisi batin kita. Oleh karena itu, penting untuk kita selalu bercermin dengan firman Tuhan, sehingga kita bisa mengenali apa yang terjadi pada batin kita.


Ketika membahas mengenai orang beriman, maka kita harus membedakan antara faith profession, pengakuan iman dan Faith possession (memiliki iman).


Seharusnya faith profession dan faith possession merupakan dua hal yang sama, namun kenyataannya tidak selalu demikian.


Alkitab menuliskan, “dengan mulut orang mengaku, dan dengan hati orang percaya, maka dia diselamatkan”, maka iman bukan sekedar pengakuan dari mulut, tetapi juga percaya di dalam hati.


Sehingga faith profession dan faith possession adalah dua hal yang harus berjalan bersamaan.


Alkitab menuliskan bahwa, “bagi orang percaya, maka orang itu dikaruniakan roh kudus di dalam hatinya”. Beriman dan menerima Roh Kudus adalah dua hal yang tak terpisahkan.


Beriman akan terjadi pada seseorang, yaitu transformasi. Pada saat seseorang beriman, dia menerima Roh Kudus, sehingga perubahan batinnya akan nampak dari kenyataan lahiriah yang dikerjakannya.


Apakah hal ini yang kita alami sebagai orang Kristen?


Yakobus 2:14-26


14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?


15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari,


16 dan seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?


17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.


18 Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”


19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.


20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?


21 Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?


22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.


23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.”


24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.


25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?


26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.


Surat Yakobus berbicara mengenai hal-hal praktis yang terjadi di dalam kehidupan orang-orang percaya, dan dalam konteks surat ini adalah mereka yang berada di perantauan.


Hal-hal praktis tersebut lahir dari keberadaan batiniah mereka, seperti orang Kristen tidak menjadi orang yang memandang muka, dan lain sebagainya. Hal tersebut lahir dari keberadaan batin mereka.


Maka Yakobus menunjuk ketika orang Kristen menampilkan sesuatu yang bertolak belakang dengan iman mereka, maka orang Kristen harus introspeksi diri.


Demikian juga dengan kita, jika kita melakukan kehidupan kita berbeda dengan apa yang kita imani, maka kita harus mengintrospeksi diri.


Pesan Firman Tuhan bagi kita:


1. Iman yang sejati itu nyata dalam perbuatan dari iman itu sendiri.


Yakobus 2:22


22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna.


Ada banyak orang yang salah mengerti mengenai surat Yakobus, khususnya di dalam bagian ini.


Ada orang berpikir bahwa Yakobus mempunyai pandangan bahwa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita, bukan karena iman.


Tetapi jika kita membaca secara teliti, justru bagian ini ingin menekankan dengan tegas bahwa orang dibenarkan karena iman.


Yakobus 2:18


18 Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”


Yakobus sangat menekankan pentingnya iman yang sejati. Iman yang sejati akan melahirkan perbuatan-perbuatan iman.


Iman yang tidak sejati tidak memberikan pengaruh apa-apa di dalam perilaku dan tutur kata kehidupan orang-orang yang mengaku beriman.


Penting bagi kita untuk memahami perbedaan yang besar antara faith profession (pengakuan iman) dan faith possession (memiliki Iman).


Orang yang memiliki pengakuan iman, belum tentu memiliki iman. Tetapi orang yang memiliki iman, pasti memiliki pengakuan iman.


Orang yang memiliki iman pasti memiliki perbuatan-perbuatan iman. Itulah yang disampaikan oleh surat Yakobus, iman dengan perbuatan maka iman itu sempurna, maksudnya iman itu mencapai sasarannya.


Ketika kita beriman kepada Tuhan, hal tersebut merupakan suatu transformasi yang mengubah hidup kita yang Allah lakukan dalam kehidupan orang-orang percaya.


Tetapi jika kita mengaku kita beriman namun kita tidak berubah, maka kita belum mencapai maksud dan tujuan Allah, maka kita perlu introspeksi diri.


Selama kita menjadi orang percaya, apakah nyata perbuatan-perbuatan yang lahir dari iman itu dalam kehidupan kita?


Tuhan Yesus berkata, “jika kamu memiliki iman yang kecil seperti pada biji sesawi saja, kamu dapat memindahkan gunung”. Maksud Tuhan Yesus bahwa iman itu memiliki kuasa, karena dia memiliki hidup.


Iman itu iman yang hidup, sehingga ketika kita memiliki iman, kita tidak mungkin tidak memiliki perbuatan-perbuatan iman itu. Iman yang sejati itu nyata dalam perbuatan-perbuatan iman kita.


2. Sahabat Allah adalah seseorang yang bukan sekedar mengaku percaya namun juga seseorang yang segera melakukan perintah-perintah dan kehendak Allah.


Yakobus 2:23-25


23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Karena itu Abraham disebut: “Sahabat Allah.”


24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman.


25 Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?


Alkitab dengan tegas mengatakan siapakah yang disebut dengan sahabat Allah. Kata “sahabat” berarti orang yang mengasihi dan dikasihi Allah.


Tuhan Yesus pernah berkata, “kamu adalah sahabat-Ku jika kamu melakukan segala perintah-perintah-Ku”


“Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-perintah-Ku”, itulah perkataan Tuhan Yesus yang lainnya. Jelas sekali siapakah sahabat Allah. Di dalam kitab Yakobus diberikan contoh Abraham.


Firman Allah berkata bahwa, “manusia bukan dibenarkan hanya karena iman, tetapi karena perbuatan-perbuatan”, hal ini bukan bermaksud bahwa orang beriman tidak dibenarkan Allah, tetapi yang dimaksud adalah iman dan perbuatan iman tidak dapat dipisahkan.


Abraham percaya kepada Tuhan, maka kenyataannya dia melakukan perintah-perintah Tuhan. Sahabat Allah adalah orang yang sudah mengalami kasih Tuhan dan mengasihi Tuhan.


Di dalam kasih ada kerinduan untuk menyenangkan dan melakukan apa yang disukai oleh orang yang dikasihi.


Demikian juga ketika kita disebut sahabat Allah, kita percaya kepada-Nya dan mempunyai kerinduan karena kepercayaan itu untuk menyenangkan Dia dengan melakukan kehendak-Nya.


Kita adalah orang percaya, kenyataannya adalah kita mengikut Yesus, dan kenyataan secara praktis adalah kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita.


Maka Tuhan Yesus berkata, “kamu adalah sahabat-Ku karena kamu melakukan perintah-perintah-Ku”


Mari kita mengevaluasi diri kita, apakah saya sudah menghidupi kehidupan yang Allah rindukan sebagai sahabat Allah di dalam dunia ini.


Doakan dan renungkan.


* Yakobus berkata,”Tunjukkanlah kepadaku imanmu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”


* Sesungguhnya sahabat Allah adalah orang yang bukan sekedar mengaku punya iman, melainkan orang yang melakukan perintah dan kehendak Allah.


Iman nyata dalam perbuatan