Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Jumat, 06 Oktober 2023

Tuhan adalah Gembalaku

Ibrani 12:14-17

Nasihat Supaya Bertekun dalam Iman (Part 3)


Bagaimanakah kita melihat kehidupan kita setiap hari? Sadarkah kita bahwa kehidupan kita sebenarnya sangat berkaitan dengan relasi demi relasi.


Relasi dapat mengubah jalan kehidupan seseorang, juga dapat mengubah kebiasaan hidup seseorang. Ada banyak hal yang dapat terjadi melalui sebuah relasi.


Alkitab menasehati kita bahwa pergaulan dapat merusak kebiasaan yang baik. Namun bukan itu saja, bagaimana kita bersikap dalam berelasi adalah gambaran yang terjadi di dalam kerohanian kita.


Hal itu karena sesuatu yang batiniah sangat mempengaruhi hal-hal yang bersifat eksternal.


Satu hal yang penting bahwa relasi kita dengan Tuhan itu sangat mempengaruhi bagaimana relasi kita dengan orang lain.


Atau relasi kita dengan orang lain menggambarkan bagaimana sebenarnya relasi kita dengan Tuhan.


Oleh karena itu memiliki relasi yang baik dan benar dengan Tuhan sangatlah penting. Dengan hal itu kita dapat mengintrospeksi diri bagaimana relasi kita dengan orang lain.


Ibrani 12:14-17


14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.


15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.


16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.


17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.


Surat Ibrani mengingatkan kita bahwa ketika sedang dalam situasi dan kondisi yang kurang kondusif atau yang tidak kita harapkan, kita harus tetap mewaspadai dan ingat bahwa kita adalah orang percaya.


Kita tetap harus menghidupi Iman kita, yaitu bagaimana kita tetap hidup berkenan bagi Tuhan.


Ketika kita menghadapi situasi yang tidak kondusif, mungkin saja kita bisa lupa siapa kita, sehingga kita berbuat hal-hal yang tidak berkenan bagi Tuhan.


Pesan Firman Tuhan bagi kita:


1. Hidup damai dengan semua orang memiliki kaitan erat dengan mengejar hidup dalam kekudusan.


Ibrani 12:14-15


14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.


15 Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.


Nasehat dalam Surat Ibrani adalah nasehat yang kontekstual pada masa itu, namun juga relevan hingga hari ini.


Pada zaman itu orang-orang Kristen bukan dalam zona kondusif, namun dalam zona tidak kondusif. Bukan berada di zona yang mereka harapkan, namun di dalam zona yang tidak mereka harapkan.


Mereka sedang menghadapi kesulitan demi kesulitan. Di situlah Surat Ibrani menasehati mereka untuk berusaha hidup damai dengan semua orang, yakni bukan hanya kepada sesama orang Kristen atau orang yang baik dengan mereka saja.


Semua orang itu juga termasuk pada mereka yang merampas harta dan menyakiti mereka.


Surat Ibrani berkata, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang,…” yang artinya hidup damai dengan semua orang tidak otomatis terjadi.


Hal itu memerlukan niat dari hati kita, karena tidak semua orang baik, menguntungkan, dan sesuai serta berkenan di hati kita. Oleh karena itu kita membutuhkan usaha untuk berdamai dengan semua orang.


Pada saat yang sama, Surat Ibrani menasihatkan yang sejajar dengan berdamai adalahkejarlah kekudusan.


Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Allah. Tanpa kekudusan, relasi kita dengan Tuhan akan rusak dan tidak intim.


Dua bagian nasehat tersebut melekat satu sama lain karena memang menjaga damai sejahtera dengan semua orang dan menjaga kekudusan itu seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.


Hal itu dijelaskan pada ayat berikutnya, “Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.


Akar pahitadalah yang penyebab kita tidak bisa berdamai dengan orang lain. Akar pahit terjadi kalau kita mengabaikan kasih karunia Allah di dalam hidup kita. Bagi seorang yang memiliki akar pahit, dia pasti tidak menghayati anugerah yang Tuhan berikan kepada mereka.


Ketika seseorang menyadari kasih karunia Tuhan begitu besar kepadanya sebagai orang berdosa, dia tidak akan memiliki akar pahit terhadap orang lain.


Hal itu karena dia memahami tidak seorang pun yang sempurna, termasuk dirinya. Karena itu dia bisa berdamai dengan orang lain.


Di situlah kaitannya antara berdamai dengan orang lain dan memelihara hidup kudus. Orang yang dengan akar pahit tidak bisa hidup kudus, karena selalu memiliki hati yang penuh cela dan dosa serta mengikat diri pada akar pahit itu.


Oleh karena itu cara kita berdamai dan memiliki kekudusan, yaitu dengan hidup di dalam anugerah Tuhan.


Hidup mengenal dan bertumbuh dalam anugerah Tuhan adalah cara kita untuk sanggup berdamai dengan semua orang dan hidup dalam kekudusan serta bersandar pada Tuhan.


2. Hawa nafsu mungkin hanya terjadi pada satu momen tertentu, namun kita harus waspada karena itu dapat berdampak panjang di dalam kehidupan kita.


Ibrani 12:16-17


16 Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.


17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.


Kita tahu kisah Esau ketika lapar dan melihat semangkuk bubur kacang merah di tangan Yakub. Esau adalah anak sulung dan anak sulung memiliki berkat khusus.


Namun pada momen itu Esau kehilangan hak sebagai anak sulung, karena dia mengikuti hawa nafsu yang bersifat sementara.


Lapar tidak ada salahnya, namun jika saat lapar lalu dia menyangkali hak istimewa yang diberikan kepada dia demi mendapat kekenyangan, momen yang singkat itu akan memberi pengaruh yang panjang.


Bagi Esau pengaruhnya adalah kekal, yaitu meskipun dengan mencucurkan mata, Esau tidak bisa menerima hak sulungnya lagi.


Ini mengingatkan kita bahwa hawa nafsu bisa terjadi di dalam satu momen hidup kita, namun dia bisa memberikan dampak yang sangat panjang dalam hidup kita. Kalau pun kita sesali, kita tidak bisa lari dari dampak dari akibat momen yang sekejap itu.


Sebagai orang percaya, kita hidup di dalam anugerah Tuhan. Anugerah Tuhan itu mengampuni kesalahan, bahkan Ia telah membayar lunas seluruh dosa kita.


Namun kita tidak boleh menganggap remeh anugerah Tuhan karena anugerah-Nya begitu mahal.


Jangan kita hidup semata-mata untuk satu momen di mana kita memiliki hasrat yang tidak berkenan pada Tuhan, lalu kita melampiaskannya. Kita akan mendapat dampak yang panjang dalam hidup kita.


Oleh karena itu, kita harus selalu memandang pada Kristus untuk terhindar dari hal-hal tersebut. Kita mengutamakan, fokus, dan hidup bagi Dia. Apa pun yang terjadi, kita tetap setia hidup bagi Dia.


Pada saat-saat yang seperti itu, kita akan mengalami kekuatan daripada Tuhan. Firman Tuhan berkata, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami tidak melampaui kekuatanmu, karena Tuhan Dia akan membuka jalan bagimu.


Marilah kita mewaspadai hawa nafsu dan hal-hal yang tidak berkenan pada Tuhan, karena hal tersebut dapat berdampak panjang bagi hidup kita.


Doakan dan renungkan.

* Janganlah ada orang yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.


* Hawa nafsu mungkin hanya terjadi pada satu momen tertentu, namun kita harus waspada karena itu dapat berdampak sepanjang kehidupan kita.


Penyesalan tanpa titik balik