Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Rabu, 20 September 2023

Tuhan adalah Gembalaku

Ibrani 9:1-15

Tempat Kudus Di Bumi Dan Di Sorga; Kristus Adalah Pengantara Dari Perjanjian Yang Baru.


Ketika kita bisa menghampiri Tuhan di dalam segala waktu, hal itu merupakan anugerah dan kemurahan Tuhan. Itu hanya terjadi oleh karena percikan darah Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib.


Bangsa Israel menjadi umat Tuhan karena mereka telah dipilih-Nya dari bangsa-bangsa lain. Hal itu melalui perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak, dan Yakub.


Mereka dipanggil untuk beribadah kepada Tuhan sebagai sebuah bangsa. Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk membangun kemah suci serta menyediakan perlengkapan ibadah.


Ia menunjuk Harun dan keturunannya sebagai imam, serta suku Lewi untuk melayani kemah suci. Hal yang menarik adalah tidak seorang pun dari bangsa Israel yang boleh masuk ke tempat kudus dan tempat maha kudus, kecuali imam dan imam besar.


Tempat maha kudus hanya satu kali satu tahun boleh dimasuki oleh imam besar untuk membawa kurban bagi dirinya dan umat Tuhan. Hal itu dilakukan setiap tahun pada hari pendamaian.


Orang Israel memang diperintahkan untuk beribadah kepada Tuhan, tetapi mereka tidak dapat langsung menghadapi Tuhan.


Hal ini memberitahukan kepada kita semua bahwa untuk seorang menghadap Tuhan untuk beribadah itu bukan hanya karena seseorang itu mau beribadah, maka ia boleh datang kepada Tuhan. Tuhanlah yang menentukan siapa yang boleh datang menghampiri Tuhan dengan cara yang Ia sediakan.


Ibrani 9:1-15


1 Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.


2 Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.


3 Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.


4 Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,


5 dan di atasnya kedua kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian. Tetapi hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci.


6 Demikianlah caranya tempat yang kudus itu diatur. Maka imam-imam senantiasa masuk ke dalam kemah yang paling depan itu untuk melakukan ibadah mereka,


7 tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.


8 Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada.


9 Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka,


10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.


11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, —


12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.


13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,


14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.


15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.


Bagian firman Tuhan ini mengulang ingatan kita kepada kemah suci, tempat kudus, dan tempat maha kudus.


Tempat kudus dengan kandil emasnya dan meja roti sajian, lalu tempat maha kudus dengan tabut perjanjian dan mezbah pembakaran ukupan yang tersalut dengan emas. Perlengkapan yang disalut dengan emas itu melambangkan kekudusan dan kemuliaan Tuhan sebab Tuhan hadir disana.


Dalam kemah suci ada tempat kudus dan maha kudus. Hal ini semua adalah buatan tangan manusia dan terdapat di atas bumi yang bersifat temporer dan tidak kekal. Namun, bukan berarti bahwa hal itu tidak berguna dan tidak penting.


Semua itu berguna dan penting karena itu adalah gambaran dan bayangan dari tempat maha kudus yang sesungguhnya, yaitu surga.


Hal ini hendak menuntun manusia kepada bait suci yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus.


Pesan firman Tuhan bagi kita:

1. Ibadah orang Israel pada perjanjian pertama memberitahukan bahwa jalan ke tempat kudus masih belum terbuka karena persembahan dan kurban tidak dapat menyempurnakan hati nurani umat Tuhan.


Ibrani 9:7-10


7 tetapi ke dalam kemah yang kedua hanya Imam Besar saja yang masuk sekali setahun, dan harus dengan darah yang ia persembahkan karena dirinya sendiri dan karena pelanggaran-pelanggaran, yang dibuat oleh umatnya dengan tidak sadar.


8 Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada.


9 Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka,


10 karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.


Di dalam Perjanjian Lama, Allah memberikan peraturan akan bagaimana mereka beribadah. Ada dua tempat yang sangat penting di dalam kemah suci, yaitu tempat kudus yang hanya boleh dimasuki oleh imam, dan tempat maha kudus yang hanya boleh dimasuki oleh imam besar.


Tempat maha kudus hanya boleh dimasuki oleh imam besar setahun sekali. Imam besar harus membawa kurban bagi dirinya sendiri dan bagi umat Tuhan. Selain dirinya, tidak boleh ada orang Israel yang masuk ke sana.


Ibadah mereka masih ada tirai pertama yang menutupi untuk bisa masuk ke tempat kudus dan maha kudus.


Hal itu berarti ada terpisah antara Allah yang maha suci dengan umat-Nya. Keterpisahan itu memberitahukan kepada kita bahwa ibadah yang mereka lakukan tidak pernah bisa menyempurnakan hati nurani mereka yang tidak bersih.


Apa yang mereka lakukan hanya membersihkan bagian lahiriah saja. Hal ini memberitahukan kepada kita bahwa ibadah kepada Tuhan tidak tergantung seberapa mau kita beribadah, melainkan tergantung apakah kita telah dikuduskan secara sempurna oleh Allah.


Allah itu maha kudus dan tidak ada seorang pun yang berdosa boleh menghampiri Tuhan.


Banyak manusia yang lupa bahwa dirinya tidak pernah sempurna. Banyak orang tahu bahwa Allah itu maha kudus, tetapi mereka lupa bahwa tidak seorang pun yang ada dosa boleh menghampiri Allah.


Manusia bisa berkata bahwa ia beribadah kepada Tuhan, tetapi bukan apa yang dikatakan manusia mengenai ibadahnya, melainkan apa Tuhan melihatnya benar-benar ibadah atau tidak, sesuai dengan kekudusan.


Perjanjian Lama memberitahukan kepada kita bahwa orang berdosa tidak dapat menghampiri Allah secara langsung.


Bangsa Israel boleh membawa kurban hewan, tetapi itu tidak pernah bisa menyucikan hati nurani manusia.


Kita bisa terlihat suci dan tidak berbuat kesalahan secara lahiriah, tetapi kita harus menyadari di dalam batin dan hati nurani kita bahwa kita sering berdosa kepada Tuhan.


Orang lain mungkin tidak mengetahui apa perbuatan kita, tetapi Tuhan melihat hati kita. Ketika hati kita tidak dibersihkan, maka kita tidak bisa menghampiri Allah.


Oleh karena itu, bersyukurlah kepada Tuhan karena kita bisa beribadah kepada-Nya dan mempersembahkan tubuh kita menjadi persembahan yang kudus, hidup, dan berkenan kepada Allah.


2. Kristus sebagai Imam Besar di sorga telah membawa korban diri-Nya sendiri satu kali untuk menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia dan kita menerima penebusan yang kekal itu.


Ibrani 9:11-15


11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, —


12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.


13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,


14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.


15 Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.


Para keturunan Harun menjadi imam besar di dalam kemah suci buatan tangan manusia di muka bumi ini. Apa yang dikerjakan oleh imam besar di muka bumi ini tidak pernah bisa menyempurnakan seseorang atau umat Tuhan.


Kristus datang dan mati untuk mengorbankan diri-Nya. Dia hanya melakukannya sekali, sebab pengorbanan-Nya diterima oleh Allah.


Kristus masuk bukan kepada kemah suci buatan manusia yang bersifat temporer dan duniawi, sebab Ia masuk ke kemah yang lebih besar, yaitu surga.


Apa yang Yesus Kristus lakukan itu berdampak kekal bagi kita yang menaruh harap dan percaya kepada-Nya. Hal ini tidak seperti umat Israel yang menaruh harap kepada keimam besaran Harun yang sifatnya tidak sempurna, dan ibadah mereka pun menjadi tidak sempurna.


Kristus bukan menjadi imam besar dalam kemah suci buatan tangan manusia, tetapi ia menjadi imam besar di surga. Kristus mengorbankan diri-Nya dan langsung naik ke surga, pengorbanan darah Yesus sanggup menyucikan kita sebagai orang percaya untuk selama-lamanya.


Oleh karena itu, kita menerima penebusan yang kekal sebab Dia telah membayar lunas seluruh hutang dosa kita, dari kita lahir hingga kita meninggalkan dunia ini. Kita akan menerima hidup yang kekal itu karena kita memiliki imam besar yang membela kita di surga.


Dialah pengantara kita dari suatu perjanjian yang baru agar kita yang telah terpanggil dapat menerima bagian yang kekal. Dia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan oleh kita.


Ketika kita beribadah, kita sedang terkoneksi dengan imam besar kita yang di surga, sehingga ibadah kita bisa menjadi ibadah yang berkenan kepada Tuhan, bukan ibadah yang sifatnya ragawi.


Itulah ibadah orang Kristen yang begitu penting untuk kita sadari. Kita bukan sedang beribadah di tempat yang sementara yang di bangun manusia, tetapi kita sedang terkoneksi dengan surga sebab imam besar kita berada disana. Hal itu membuat ibadah kita menjadi ibadah yang berkenan kepada Tuhan.


Doakan dan renungkan.


* Banyak orang tahu bahwa Allah itu maha kudus, tetapi mereka lupa bahwa tidak seorang pun yang ada dosa boleh menghampiri Allah.


* Yesuslah pengantara kita dari suatu perjanjian yang baru agar kita yang telah terpanggil dapat menerima bagian yang kekal.


Yesus, Imam Besar kita di Sorga.