Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Jumat, 08 September 2023

Tuhan adalah Gembalaku

Ibrani 3:1-6

Yesus Lebih Tinggi dari Musa


Di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin sering menukar barang yang kita miliki dengan barang yang lain untuk mendapatkan barang yang lebih baik dari barang yang kita miliki.


Namun sebagai orang Kristen, kita diajar untuk jangan pernah menukarkan iman kita kepada Kristus dengan yang lain.


Di dalam dunia ini tidak ada apa pun yang dapat dipersamakan dengan Yesus Kristus, apalagi yang lebih baik dari Yesus.


Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Tidak ada yang kompatibel, setara, atau bahkan lebih bernilai dari Yesus.


Oleh karena itu, betapa berat pergumulan hidup kita, jangan pernah kita menukarkan yang tidak ada bandingan ini, yakni Kristus, dengan hal-hal yang lain.


Manusia suka membanding-bandingkan segala hal yang terjadi di dalam kehidupannya.


Misalnya kita sering membandingkan mobil kita dan mobil orang lain, jabatan kita dan jabatan orang lain, keuntungan kita dan keuntungan orang lain, bahkan kita sering membandingkan sekolah anak kita dan sekolah anak orang lain.


Di seluruh dunia manusia suka sekali membanding-bandingkan, salah satunya terkait dengan tokoh-tokoh yang dianggap penting di dalam masyarakat.


Ada sebuah buku yang mempresentasikan orang-orang dari zaman ke zaman dari yang paling berpengaruh sampai tidak berpengaruh.


Kisah perbandingan tokoh-tokoh ini juga terjadi di dalam Alkitab. Ada kisah tentang perempuan Samaria yang membandingkan Yesus dan Yakub.


Orang Yahudi juga membandingkan Yesus dengan Abraham. Yesus berkata bahwa sebelum Abraham, Yesus sudah ada dan ini membuat orang Yahudi heran.


Lalu orang Yahudi juga membandingkan Kristus dengan Musa. Musa memberi makan 40 tahun bagi bangsa Yahudi, sedangkan Kristus memberi 5000 orang saja, apakah Kristus lebih besar dari Musa?


Hingga hari ini banyak orang membandingkan Yesus dengan tokoh-tokoh lain. Namun bagaimana Yesus sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain yang ada di dunia ini?


Ibrani 3:1-6


1 Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,


2 yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.


3 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.


4 Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah.


5 Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian,


6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.


Setelah penulis surat Ibrani menguraikan supremasi Yesus Kristus di atas para malaikat, sekarang penulis surat Ibrani menguraikan supremasi Yesus Kristus di atas Musa.


Penulis surat Ibrani harus membahas ini karena penerima surat Ibrani adalah orang-orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen.


Hingga hari ini dalam tokoh sejarah mana pun tidak tokoh ada yang lebih besar dari pada Musa.


Siapa tokoh yang membebaskan bangsanya sendiri dari perbudakan negara adidaya dan membawanya keluar lalu masuk ke tanah perjanjian. Hanya Musa yang melakukan itu.


Musa bukan membebaskan bangsa Israel keluar dari negara yang remeh atau lemah, tetapi keluar dari negara adidaya dan paling berkuasa pada zaman itu, yakni Mesir.


Musa membawa 600.000 rakyat Israel, jumlah yang sangat besar pada zaman itu, untuk keluar dan memasuki tanah perjanjian.


Tidak ada pemimpin mana pun di dunia ini yang lebih besar dari Musa, namun Yesus Kristus jauh lebih besar dari pada seorang Musa.


Pesan Firman Tuhan bagi kita:


1. Orang-orang percaya adalah orang-orang yang mendapat bagian di dalam panggilan surgawi dan hal itu nyata ketika kita tetap teguh di dalam iman yang dikaruniakan di dalam Kristus.


Ibrani 3:1, 6


1 Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,


6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.


Kita adalah orang percaya, yaitu orang yang telah menerima Kristus di dalam hidup kita sebagai Tuhan dan jurus selamat kita.


Hal itu semata-mata sebuah anugerah. Oleh karena itu penulis surat Ibrani mengatakan bahwa kita sebagai orang percaya telah mendapat bagian dalam panggilan surgawi.


Jika kita tidak mendapat panggilan surgawi, kita tidak pernah menjadi orang percaya. Allah telah memilih sejak kekekalan.


Jika Allah tidak memilih, tidak ada seorang pun yang bisa diselamatkan. Hal itu oleh karena manusia berada di bawah kuasa dosa, maut dan iblis, sehingga manusia telah terpolusi, terikat, tak sanggup memilih Allah dalam hidup mereka.


Manusia hanya bisa memilih hal-hal yang berkenan pada si jahat.


Di situlah kita sebagai orang percaya berbagian di dalam panggilan surgawi. Di situ kita bisa menjadi orang percaya.


Berbagian dalam panggilan surgawi adalah kita yang sudah diselamatkan ini telah menjadi rumah-Nya. Alkitab mengatakan, “tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita.”


Alkitab tidak berkata kita akan menjadi rumah-Nya, namun Alkitab berkata kita adalah rumah-Nya. Bagaimana kita tahu?


Alkitab berkata, “jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.


Kalimat ini bukan syarat untuk kita bisa menjadi rumah-Nya, tetapi bukti bahwa kita telah menjadi rumah-Nya.


Alkitab mengatakan bukan kita akan menjadi rumah-Nya, jika kita menjadi rumah-Nya dengan kekuatan sendiri, maka keteguhan kita merupakan syarat. Kalau syarat tidak terpenuhi, maka kita tidak akan menjadi rumah-Nya.


Namun kalimat itu bukanlah syarat. Karena hari ini ketika kita menerima Yesus, maka kita sudah menjadi rumah-Nya dan milik-Nya serta kita sudah diselamatkan.


Pada akhirnya memang terbukti kita orang yang diselamatkan karena kita tetap berpegang teguh pada iman kita kepada Yesus Kristus.


Allah tidak memberikan syarat untuk keselamatan, karena kalau Dia memberikan syarat, tidak ada seorang pun yang bisa memenuhi syarat itu.


Syarat masuk universitas terbaik juga sulit bisa dimasuki semua orang, apalagi kalau Allah yang memberi syarat keselamatan kepada kita.


Oleh karena itu keselamatan dalam Kristus bukan syarat, keselamatan dalam Kristus itu anugerah, dan anugerah itu dimulai dari Allah yang memilih orang-orang yang diselamatkan.


Ketika kita percaya pada Yesus, maka kita adalah orang yang memang sudah dipilih sejak kekekalan untuk keselamatan itu.


Mari buka hati kepada Tuhan. Ketika kita membuka hati kepada Tuhan, kita terbukti bahwa kita memang orang yang dipilih Allah sejak kekekalan.



2. Mari kita memandang kepada Kristus, Penyataan Allah kepada kita dan Pembela kita di hadapan Allah.


Ibrani 3:1-3, 6


1 Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,


2 yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.


3 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.


6 tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.


Alkitab memberikan kita dorongan kuat agar kita selalu, senantiasa, dan setiap hari memandang kepada Kristus.


Artinya Kristus harus menjadi fokus, sasaran, motivasi, dan segalanya dalam hidup kita.


Kristus harus menjadi renungan kita, andalan kita, tujuan hidup kita setiap hari. Itulah yang Tuhan rancangan agar kita serupa dengan Dia. Sebenarnya siapakah Kristus?


Alkitab mengatakan bahwa Dia adalahRasul. Kata Rasul memang sering dipakai untuk merujuk kepadapara rasul. Namun kata katarasulsebenarnya memiliki arti “dia yang diutus”.


Kristus adalah yang diutus oleh Allah atau Dia adalah utusan Allah. Namun utusan ini berbeda dengan utusan Allah yang lain.


Karena yang diutus ini adalah Anak Allah itu sendiri. Dia telah dinubuatkan. Yang diutus dan diurapi Allah ini adalah Mesias itu sendiri.


Allah mengutus anak-Nya yang tunggal itu, atau disebut juga sebagai rasul, karena Dia bertujuan untuk menjadi penyataan Allah itu sendiri.


Tidak ada seorang pun yang dapat mengenal Bapa jikalau dia tidak mengenal Yesus. Karena Yesus yang menyatakan Allah Bapa itu sendiri.


Maka Tuhan Yesus berkata, “Jikalau engkau melihat Aku, engkau melihat Bapa. Karena Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.


Dari situ kita dapat tahu bahwa Kristus adalah Allah itu sendiri. Dia datang sebagai manusia untuk menyatakan Allah itu sendiri.


Namun Alkitab tidak hanya berbicara Yesus adalah Rasul dalam arti Mesias, utusan Allah, tetapi dikatakan juga bahwa Dia adalah Imam Besar yang kita akui.


Allah di dalam kodrat yang tertinggi, terhormat, dan yang paling mulia di atas segala sesuatu itu turun ke muka bumi untuk membela manusia.


Dia harus menjadi seorang manusia agar dapat turut merasakan segala kelemahan manusia sehingga Dia dapat bersimpati dengan segala kekurangan manusia sehingga Dia bisa bersyafaat di hadapan Allah.


Yesus Kristus datang menjadi manusia supaya dia bisa menjadi Imam Besar dalam kekekalan. Imam Besar dalam kitab Perjanjian Lama bisa mati dan tidak bisa membela umatnya terus menerus.


Tetapi Yesus Kristus adalah Imam Besar untuk selama-lamanya. Dia tidak bawah Harun, namun di bawah Melkisedek. Harun ada masanya, tetapi Melkisedek tidak ada karena masanya kekal.


Dia menjadi Imam Besar kita, menyatakan Allah kepada kita, supaya kita mengenal Allah di dalam Yesus.


Dia menjadi pembela kita di muka bumi di hadapan Allah, yakni ketika mati di atas kayu salib. Sekarang Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Imam Besar kita yang membela kita di surga.


Meski kita sudah menjadi orang percaya, kita bukan orang sempurna. Kita bisa jatuh ke dalam dosa, salah dalam hidup kita, mendukakan Roh Kudus, dan gagal dalam hidup kita mengikut Tuhan.


Seluruhnya itu jika tanpa Yesus, maka kita adalah orang yang pasti binasa.


Tidak ada dosa yang bisa masuk ke surga. Kita orang percaya bisa jatuh dalam dosa. Bagaimana bisa kita memiliki kepastian untuk masuk ke surga?


Kita punya pembela yang agung di surga, yakni Yesus yang mencurahkan darah-Nya bagi kita semua di atas kayu salib. Kita juga punya pembela di bumi, yakni Roh Kudus yang menolong kita untuk bertobat.


Oleh karena itu mari kita sebagai orang percaya kita semakin mengasihi Kristus. Yesus Kristus adalah anak Allah itu sendiri tetapi Dia belajar setia untuk datang ke dunia menjadi manusia. Setia hingga mati di atas kayu salib dan merendahkan diri.


Dia menjadi sama dengan kita, padahal Dia adalah Allah itu sendiri. Dia adalah ahli bangunan itu sendiri dan kita adalah bangunannya itu.


Seberapa pun besarnya Musa, dia adalah pelayan di dalam rumah yang didesain oleh Allah itu sendiri. Kristus adalah kepala atas rumah itu sendiri. Dia adalah Tuhan.


Seluruh nabi-nabi adalah pelayan di dalam rumah itu, namun Yesus Kristus adalah kepala dari rumah itu.


Rumah itu adalah milik-Nya, karena Dia adalah anak Allah. Di situlah kita bersyukur bukan nanti kita tahu kita akan menjadi milik-Nya.


Tetapi sejak sekarang kita sudah tahu, yakni sejak kita percaya kepada Yesus, kita sudah menjadi rumah-Nya.


Doakan dan renungkan.


* Saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,


* Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa dan semua nabi, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.


Kemuliaan-Nya utuh, tak tertandingi