Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Tuhan Adalah Gembalaku
RENUNGAN HARIAN
GKY MANGGA BESAR
Senin, 5 September 2022
2 Samuel 12:15-23
Natan Memperingatkan Daud Sehingga Daud Menyesal (part 2)
Tentu Saudara pernah mendengar kalimat: “Tekun berdoa, hidup penuh kuasa. Tanpa berdoa, hidup tanpa kuasa.”
Yang dimaksud kalimat seperti ini adalah dorongan agar kita sebagai orang percaya menjadi orang-orang yang tetap berdoa, sebagaimana nasihat firman Tuhan, “Tetaplah berdoa!”
Bagaimana kita menghayati bahwa doa itu penuh kuasa? Apakah di dalam pemahaman bahwa kita punya kuasa agar Tuhan mengabulkan doa kita?
Sebenarnya siapa yang berkuasa? Tentu seharusnya Tuhanlah yang berkuasa, bukan kita.
Dengan kesadaran seperti ini, kita seharusnya juga menyadari bagaimana seharusnya kita menghampiri Tuhan di dalam permohonan kita kepada-Nya, sebab Dia adalah Tuhan Allah, Sang Pencipta dan kita adalah ciptaan-Nya.
Dia empunya segala-galanya. Apa yang kita punya itu juga berasal dari Dia. Dia tidak pernah berhutang kepada kita, sebaliknya kita yang banyak berhutang kepada-Nya.
2 Samuel 12:15-23
15 Kemudian pergilah Natan ke rumahnya. Dan TUHAN menulahi anak yang dilahirkan bekas isteri Uria bagi Daud, sehingga sakit.
16 Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
17 Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
18 Pada hari yang ketujuh matilah anak itu. Dan pegawai-pegawai Daud takut memberitahukan kepadanya, bahwa anak itu sudah mati. Sebab mereka berkata: "Ketika anak itu masih hidup, kita telah berbicara kepadanya, tetapi ia tidak menghiraukan perkataan kita. Bagaimana kita dapat mengatakan kepadanya: anak itu sudah mati? Jangan-jangan ia mencelakakan diri!"
19 Ketika Daud melihat, bahwa pegawai-pegawainya berbisik-bisik, mengertilah ia, bahwa anak itu sudah mati. Lalu Daud bertanya kepada pegawai-pegawainya: "Sudah matikah anak itu?" Jawab mereka: "Sudah."
20 Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah TUHAN dan sujud menyembah. Sesudah itu pulanglah ia ke rumahnya, dan atas permintaannya dihidangkan kepadanya roti, lalu ia makan.
21 Berkatalah pegawai-pegawainya kepadanya: "Apakah artinya hal yang kauperbuat ini? Oleh karena anak yang masih hidup itu, engkau berpuasa dan menangis, tetapi sesudah anak itu mati, engkau bangun dan makan!"
22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.
23 Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
Kisah dalam bagian ini menggambarkan kedekatan Daud dengan Tuhan, dalam situasi dan kondisi yang berbeda dari biasanya.
Sekarang Daud dalam kondisi didisiplin oleh Tuhan. Daud tetap mendekat kepada Tuhan, merendahkan diri, memohon belas kasihan untuk anak yang lahir dari Batsyeba.
Namun, Daud juga bisa menerima apa yang menjadi keputusan Tuhan.
Pesan Firman Tuhan pada hari ini :
1. Permohonan doa kepada Tuhan haruslah dengan semangat merendahkan diri dan kesungguhan meminta belas kasihan Tuhan.
2 Samuel 12:16-17
16 Lalu Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
17 Maka datanglah kepadanya para tua-tua yang di rumahnya untuk meminta ia bangun dari lantai, tetapi ia tidak mau; juga ia tidak makan bersama-sama dengan mereka.
Daud merespon keputusan Allah yang menghukum dia tidak dengan komplain. Dia tidak marah atau mengancam Tuhan, tetapi dia justru datang kepada Tuhan, merendahkan diri, memohon belas kasihan dari-Nya.
Dia berpuasa, menunjukkan dia bersungguh-sungguh merendahkan diri, bahkan dia tidur di lantai.
Berapa banyak dari orang-orang percaya ketika mendapat keputusan Allah yang tidak menyenangkan menjadi marah bahkan mengancam mau meninggalkan Tuhan?
Mereka tidak lagi peduli dengan apa yang Tuhan mau. Mereka tidak merendahkan diri, bahkan menantang Tuhan.
Bukankah berbeda dengan apa yang Daud perbuat? Daud di dalam segala kondisi selalu dekat di bawah kaki Tuhan.
Daud merendahkan diri di dalam doanya. Dia tahu siapa Tuhan dan siapa dirinya. Meskipun dia seorang raja yang besar, tetapi dia sadar akan dirinya.
Pernahkah Engkau berpikir, doamu dikabulkan karena belas kasihan Tuhan? Atau kita berpikir doa kita dikabulkan karena kita berdoa dengan penuh kuasa?
Doa penuh kuasa tidak ada salahnya, tetapi jikalau konotasi kita berkuasa karena kebisaan kita berdoa atau karena hebatnya iman, kesalehan atau kebajikan kita, sampai Tuhan tidak berdaya dengan doa kita, maka kita sedang salah kaprah.
Ingatlah, ketika Tuhan mendengar doa kita, kita sedang menerima belas kasihan Tuhan, bukan karena hebat jasa atau kesalehan hidup kita yang luar biasa, kebaikan atau kesuksesan kita.
Jika kita punya semangat yang seperti ini, kita menempatkan Tuhan di atas segala-galanya, termasuk di atas diri dan keinginan kita, maka kita menjadi orang Kristen yang normal.
Permohonan doa adalah memohon belas kasihan kepada Tuhan.
2. Mengakui kedaulatan Tuhan dalam menjawab permohonan kita merupakan ekspresi iman kita kepada Tuhan.
2 Samuel 12:22-23
22 Jawabnya: "Selagi anak itu hidup, aku berpuasa dan menangis, karena pikirku: siapa tahu TUHAN mengasihani aku, sehingga anak itu tetap hidup.
23 Tetapi sekarang ia sudah mati, mengapa aku harus berpuasa? Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku."
Apakah doa Daud dikabulkan oleh Tuhan? Tidak. Apa itu berarti doa Daud tidak berkuasa?
Apakah kita bisa mengatakan jika doa tidak dikabulkan artinya kita kurang iman? Seringkali kita mempunyai persepsi seperti itu, tetapi Alkitab tidak mengajarkan demikian.
Doa Daud tidak dikabulkan dan Alkitab mencatat bahwa Daud berhenti berpuasa. Dia mandi, berurap lalu dia datang bersujud di hadapan Tuhan.
Doanya tidak dikabulkan, tetapi dia datang kembali bersujud di hadapan Tuhan dan dia makan. Pegawai-pegawainya merasa heran.
Mengapa saat anaknya belum mati, Daud berpuasa dan berdoa, tetapi setelah anak itu mati, Daud justru berubah?
Apa sebenarnya ekspresi dari Daud ini? Itulah iman bahwa Tuhanlah yang maha hikmat dan maha kuasa. Tuhan juga maha berdaulat.
Raja Daud mengakui itu, karena itu Daud berhenti berdukacita. Dia melepaskan semuanya. Dia terima apa yang Tuhan sudah berikan kepadanya.
Ketika Engkau berdoa dan Tuhan mengabulkan doamu, puji Tuhan Engkau percaya kepada-Nya. Namun, ketika Tuhan tidak mengabulkan doamu, bagaimana ekspresi percayamu kepada Tuhan?
Apakah Engkau pun bersyukur kepada-Nya? Engkau menerima dengan rasa syukur dan sukacita dan Engkau mengakui itulah yang terbaik yang diberikan kepadamu.
Bukankah itu iman kepada Tuhan? Iman seperti apa yang lebih sulit? Ketika Tuhan mengabulkan doa kita dan kita bersukacita atau ketika Tuhan tidak mengabulkanmu tapi kita tetap bersukacita?
Di dalam segala perkara, mari kita menyadari bahwa Dia Tuhan. Iman kita harus sepadan dengan keberadaan-Nya, karena jika tidak sepadan, apa yang kita miliki bukanlah iman, tetapi keinginan diri kita sendiri.
Daud sadar siapa dirinya dan siapa Tuhan. Dia mengakui kedaulatan Tuhan. Oleh karena itu, dia menerima keputusan Tuhan. Bagaimana dengan Engkau?
Doakan dan renungkan
* Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.
*Permohonan doa kepada Tuhan haruslah dengan semangat merendahkan diri dan kesungguhan meminta belas kasihan Tuhan.
Sadar diri, kepada Tuhan kita memohon