Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Tuhan Adalah Gembalaku
RENUNGAN HARIAN
GKY MANGGA BESAR
Sabtu, 15 Januari 2022
Lukas 5:33-39
Hal Berpuasa
Shalom Saudara-Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, hidup yang bermakna memberikan semangat dalam kehidupan kita, namun hidup yang tidak bermakna membuat kita kehilangan seluruh impian kita dan cita-cita kita.
Biarlah hidup kita adalah hidup yang kita sadari memiliki makna yang indah di hadapan Tuhan.
Berapa banyak orang di dunia ini merasa bosan di dalam kehidupannya?
Berapa banyak orang melakukan sesuatu secara rutin sehingga kehilangan arah dan spirit dari apa yang dia kerjakan?
Termasuk kita sebagai orang-orang percaya bisa terjebak di dalam dua hal ini, termasuk dalam hal kita melakukan kegiatan-kegiatan yang kita sebut sebagai kegiatan rohani, antara lain misalnya, kebaktian, berdoa, merenungkan Firman Tuhan dan lain sebagainya termasuk pelayanan.
Semua ini terjadi karena kita sudah melakukannya sebagai sesuatu yang biasa, sehungga kita kehilangan berkat dari apa yang kita kerjakan, masihkah hal-hal tersebut memiliki makna yang memberkati kehidupan Anda?
Mari kita membaca Firman Tuhan dariLukas 5:33-39
33Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."
34Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
35Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
36Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
37Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
38Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
39Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, orang-orang Yahudi pada jaman Tuhan Yesus memiliki sebuah kebiasaan religius yaitu dalam hal berpuasa, mereka seminggu berpuasa dua kali, senin dan kamis, meskipun di dalam Perjanjian Lama Firman Tuhan tidak menuntut umat Tuhan untuk berpuasa seperti itu, bahkan dalam Perjanjian Lama perintah berpuasa hanya perlu dilakukan satu kali dalam satu tahun, yaitu pada hari raya pendamaian, itu terkait umat Tuhan harus bertobat di hadapan Tuhan.
Namun orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menuntut untuk berpuasa seminggu dua kali, termasuk juga dengan murid-murid Yohanes yang melakukan puasa seminggu dua kali, namun murid-murid Tuhan Yesus tidak berbuat sebagaimana yang mereka lakukan, oleh karena itu orang-orang Farisi bertanya kepada Tuhan Yesus mengapa mereka tidak berbuat seperti orang-orang Farisi dan seperti murid-murid Yohanes Pembaptis.
Apakah pesan Firman Tuhan dari bagian ini?
1.Kita perlu memahami dan memaknai dengan benar setiap tindakan kita termasuk di dalam kegiatan rohani.
Firman Tuhan mengatakan diayat 33-35:
33Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum."
34Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
35Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa."
Salah satu tindakan religius adalah berpuasa selain berdoa ataupun berbuat baik, berpuasa merupakan tindakan religius, yang dimaksudkan Tuhan dengan berpuasa adalah supaya kita bertobat dari segala dosa-dosa kita, disitulah kita berpuasa, namun pada jaman Tuhan Yesus berpuasa menjadi sebuah kegiatan religius yang rutin dilakukan.
Tidak ada salahnya kita mempunyai kebiasaan melakukan tindakan-tindakan religius, namun yang menjadi masalah adalah ketika tindakan itu sudah dilakukan dengan biasa maka yang dilakukan hanya puasanya, namun tidak ada pertobatannya, yang dilakukan hanya puasanya, namun tidak ada dukacita atas dosa-dosanya.
Dalam jaman Perjanjian Lama, maka orang-orang yang berduka cita atau sadar akan dosanya, dia secara sukarela melakukan puasa di hadapan Tuhan karena dia berdukacita, dia tidak makan, seperti raja Daud ketika dia jatuh ke dalam dosa, dia menunjukkan penyesalan dan pertobatannya.
Ketika Tuhan Yesus ditanya mengenai hal berpuasa maka Tuhan berkata bagaimana mungkin sahabat-sahabat mempelai laki-laki itu berpuasa ketika mempelai laki-laki itu bersama-sama dengan dia?
Apa yang Yesus maksudkan?
Yesus memaksudkan adalah apa itu makna puasa?
Puasa maknanya berdukacita, tentu atas dosa-dosa kita, namun ketika mempelai laki-laki di dalam suasana pesta pernikahan maka sahabat-sahabatnya tidak mungkin berpuasa, mereka akan makan dan minum bersukacita bersama mempelai laki-laki.
Tuhan Yesus menggambarkan keberadaan Tuhan Yesus ditengah-tengah mereka harusnya membuat mereka bersukacita, menyambut Messias itu, bukan berdukacita; disini sebuah pelajaran bagi kita supaya kita memahami dan memaknai dengan benar setiap tindakan-tindakan yang kita lakukan khususnya terkait dengan perkara-perkara yang kita sebut dengan perbuatan religius.
Bagaimana kita memahami puasa hari ini?
Apakah masih di dalam pemahaman pertobatan, merendahkan diri di hadapan Tuhan, meninggalkan dosa-dosa kita dan mau berbuat apa yang Tuhan kehendaki dengan berbuat baik, menolong orang lain, memberitakan kabar baik atau kah hari ini berpuasa menjadi sebuah jasa kepada Tuhan?
Merasa diri lebih rohani daripada orang lain, merasa diri lebihpowerfuldari orang lain? Bagaimana juga kita memahami dan memaknai ketika kita berdoa?
Apakah berdoa menjadi bagian persekutuan kita dengan Tuhan yang begitu intim, ataukah doa hanya sebuah tindakan yang sifatnya formal?
Sehingga kita tidak lagi memaknai doa itu; bagaimana dengan cara kita membaca Firman Tuhan?
Apakah kita membaca Firman Tuhan dengan satu kesadaran Tuhan sedang berbicara kepada kita?
Ataukah kita sedang membaca sebuah buku yang namanya Alkitab?
Bagaimana dengan pelayanan kita?
Apakah aktifitas di gereja sama dengan melayani?
Tentu pelayanan adalah aktifitas, tetapi aktifitas tidak selalu dengan semangat melayani, ketika kita melakukan semua itu dengan tidak memahami dan tidak memiliki makna yang sesungguhnya, kita akan mengalami kebosanan, kekeringan, tidak punya semangat, tidak ada sukacita, tidak ada berkat yang kita terima bahkan apa yang kita kerjakan mengalami kekeringan.
Mari kita memahami dan memaknai dengan benar tindakan-tindakan yang kita lakukan secara khusus perkara-perkara yang kita sebut secara rohani.
2.Tuhan Yesus memberikan hidup yang baru, bukan sekedar menambah pada sesuatu yang kurang.
Firman Tuhan berkata di ayat36-39:
36Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorangpun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu.
37Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itupun hancur.
38Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
39Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."
Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan dan perumpamaan ini kita harus mengerti bahwa Tuhan tidak membandingkan diri-Nya dengan Perjanjian Lama.
Tuhan tidak menganggap Perjanjian Lama adalah kantong yang tua, Tuhan tidak menganggap Perjanjian Lama adalah kain yang lama, tetapi yang Tuhan maksudkan kantong yang lama dan kain yang lama itu adalah tradisi-tradisi orang Yahudi yang dibuat oleh para Rabi yang sebetulnya sudah tidak cocok lagi dengan apa yang Tuhan inginkan dalam Perjanjian Lama dan Tuhan Yesus tidak bermaksud untuk menambalkan atau menambahkan hal-hal yang kurang di dalam tradisi orang Yahudi, dan Tuhan memberikan gambaran yang sangat indah, jikalau ada kain yang baru, baju yang baru, dikoyakkan untuk menambal kepada kain yang lama karena kain itu sudah koyak, maka kain tambalan itu akan mengoyakkan lebih parah kain yang lama dan kain yang baru juga koyak.
Demikian juga dengan anggur yang baru, tidak boleh ditaruh di dalam kantong kulit yang lama karena kantong kulit yang lama akan rusak dan anggur yang baru akan terbuang, maksud Tuhan Yesus adalah, hidup yang baru yang Tuhan berikan kepada kita tidak bisa dicampurkan dengan tradisi-tradisi orang-orang Yahudi ini, jikalau dicampurkan maka hidup yang baru terbuang dan tradisi itu pun memang tidak ada artinya.
Demikianlah dengan kehidupan kita, kita tidak bisa hidup di dalam hidup yang baru tetapi dengan kebiasaan-kebiasaan dunia ini, karena jikalau demikian maka kita akan merusak hidup yang baru itu, hidup yang baru itu harus dihidupi betul-betul baru, bukan sekedar tambalan supaya kelihatannya seperti orang Kristen, tetapi sungguh-sungguh hidup yang baru itu ada di dalam Kristus.
Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk mendirikan agama Kristen karena Dia bukan untuk menambal kepada sesuatu yang lama, yang tidak cukup, tetapi Dia datang untuk memberikan hidup dan hidup itu dalam kelimpahan-Nya.
Bagaimanakah kita merespons kepada apa yang Tuhan berikan kepada kita?
Hanya Kristus yang dapat memberikan hidup itu, oleh karena itu hati kita harus sepenuhnya mengarah kepada Dia, tinggal di dalam Dia, barulah Anda dan saya mengalami hidup yang baru itu.
Doakan dan renungkan.
*Orang-orang Yahudi menjalankan ritual atau kegiatan keagamaan demi peraturan, tradisi dan kebiasaan.
*Kita perlu memahami dan memaknai dengan benar setiap tindakan kita termasuk di dalam kegiatan rohani.
Hidup yang baru jangan diisi dengan kegiatan legalistic