Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Kamis, 23 September 2021

Tuhan adalah Gembalaku

Tuhan Adalah Gembalaku

RENUNGAN HARIAN

GKY MANGGA BESAR

Kamis, 23 September 2021


Yohanes 5:1-9

Penyembuhan Pada Hari Sabat Di Kolam Betesda


Shalom saudara2 yang dikasihi Tuhan, orang Kristen dikenal sebagai orang yang hidup dalam kasih, pertanyaannya adalah apakah kita sudah menghidupi itu sehingga orang lain diberkati Tuhan melalui kehidupan kita?


Dahulu ada ungkapan yang menunjukkan betapa beratnya kehidupan di ibukota, mungkin Anda pernah mendengar ungkapan, “Sekejam-kejamnya ibu tiri, lebih kejam ibukota”.


Sebenarnya yang di maksud kejam disini berbicara tetang persaingan yang begitu keras sehingga orang tidak lagi peduli dengan sesamanya.


Sebagai orang percaya kita berada dalam lingkungan kehidupan seperti ini, kita tidak dapat mengatakan bahwa semangat persaingan atau saling sikut/jegal itu hanya terjadi pada masyarakat menengah keatas.


Karena pada kenyataannya kita juga menemukan di tataran orang-orang yang hidup dalam kesulitan/ kebutuhan/kekurangan saling sikut/jegal karena satu alasan, yaitu kebutuhan hidup.


Bagaimanakah orang Kristen hidup di masa seperti ini? Bukankah kita juga mempunyai kebutuhan hidup?


Mari kita membaca firman Tuhan dariYohanes 5:1-9


1Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.


2Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya


3dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu.


4Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.


5Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.


6Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"


7Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."


8Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."


9Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.


Peristiwa yang kita baca ini adalah Tuhan Yesus menuju ke kota Yerusalem karena hari raya orang Yahudi, kemungkinan Tuhan Yesus pergi kesana karena adanya keramaian dan Tuhan Yesus ingin melayani mereka.


Tuhan Yesus masuk ke kota Yerusalem melalui pintu gerbang domba (karena pintu itu dilewati domba-domba untuk kurban) yang berada disebelah utara bait suci, disana ada 5 serambi dan kolam Betesda.


Di serambi-serambi itu berbaring orang-orang sakit karena mereka percaya bahwa jika mereka mencempungkan diri kedalam air saat bergoncang, maka mereka akan sembuh.


Hal ini juga terjadi di banyak suku yang memiliki kepercayaan tertentu, demikian juga dengan orang Yahudi.


Apakah yang dapat kita pelajari dari bagian firman Tuhan ini?


1.Manusia membutuhkan simpati dari orang lain dan simpati seringkali membutuhkan kerelaan berkorban.


Firman Tuhan katakan diayat 5-7:

5Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.


6Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: "Maukah engkau sembuh?"


7Jawab orang sakit itu kepada-Nya: "Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku."


Peristiwa itu terjadi di kolam Betesda (Betesda berarti: rumah belas kasihan) itulah sebutannya: rumah belas kasihan, namun kenyataan yang disaksikan orang Yahudi termasuk Tuhan Yesus, disana tidak ada belas kasihan.


Yang pertama dikatakan oleh orang lumpuh yang sudah 38 tahun sakit, tidak ada orang yang mau menolong dia ketika air bergoncang untuk memasukan dia kedalam kolam.


Yang kedua, ketika dia menuju ke kolam itu ada orang lain mendahului dia. Di sana dia tidak menemukan belas kasihan dan Alkitab mencatat Tuhan Yesus tahu orang ini sudah 38 tahun mengalami kelumpuhan.


Bagaimana suasana emosi psikologi orang yang lumpuh 38 tahun dan selalu gagal untuk mencapai air untuk mendapat kesembuhan? ini terekspresi dari kalimatnya betapa putus asanya dia.


Di dunia ada begitu banyak orang seperti orang lumpuh 38 tahun ini, mereka mengalami kesulitan demi kesulitan hidup yang membuat mereka putus asa.


Beban lebih berat adalah ketika mereka tahu tidak ada seorang pun yang peduli dengan mereka, jangan kata peduli, bersimpati pun tidak, jangan kata bersimpati, memandang atau melirik pun tidak.


Ada sebuah panggilan yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, Tuhan Yesus berkata,”Kasihilah sesamamu manusia seperti Aku telah mengasihi kamu.”


Penderitaan/kesulitan/masalah menjadikan manusia memerlukan simpati, hal ini merupakan kesempatan bagi orang percaya untuk melayani Tuhan, menyatakan simpati kepada orang yang membutuhkan.


Sudahkah kita memiliki hati seperti hati Tuhan Yesus? Ia tahu orang ini sudah 38 tahun mengalami lumpuh, dan Tuhan berkata “Maukah engkau sembuh?", apakah kehadiran kita menjadi kabar baik/saluran kasih Tuhan bagi orang lain?


2.Respons yang tepat terhadap simpati Tuhan Yesus adalah percaya dan taat kepada-Nya.


Firman Tuhan berkata demikiandi ayat 8-9:

8Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah."


9Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat.


Kondisi orang yang lumpuh 38 tahun dapat membuat dia mencapai titik depresi.


Tahukah Anda bahwa orang depresi tidak mempunyai motivasi untuk mengalami perubahan hidup atau berbuat sesuatu yang lebih baik.


Orang depresi yang sedang sakit tidak memiliki kemauan untuk sembuh, cenderung untuk lebih menderita dalam hidupnya.


Namun orang lumpuh ini, apa pun yang dia alami, bagaimanapun sikap orang lain, berapa lama pun penyakit yang dialami, ketika dia mendengar Yesus memberikan perintah kepadanya, ketika dia tahu Yesus bersimpati dengan dia, dia percaya.


Kepercayaannya nyata melalui ketaatannya, iman itu nyata ketika seseorang mentaati Tuhan yang dia percaya.


Kita tahu kita mempunyai Imam Besar yang turut merasakan segala kelemahan-kelemahan kita yaitu Yesus Kristus.


Dia datang kedalam dunia untuk mencari kita, Dia mati diatas kayu salib menanggung dosa kita.


Dia memanggil kita,”Marilah engkau yang letih lesu dan berbeban berat datanglah kepada-Ku, Aku memberikan kelegaan kepadamu.”


Kita tahu bahwa kita punya Juruselamat yang bersimpati pada kita, namun kita tidak mengalami Dia karena seringkali kita tidak percaya dan kita tidak mau taat pada apa yang diperintahkanNya.


Sehingga kita tidak mengalami kasihNya, tidak mengalami pertolongan Tuhan yang mau mengangkat kita apapun yang kita alami.


Berapa lama pun kesulitan yang kita alami, seberapa tidak pedulinya orang pada kita, satu hal yang kita harus tahu bahwa ada Yesus Kristus yang bersimpati kepada kita.


Dia tahu berapa lama engkau menderita, Dia tahu mungkin orang tidak peduli dengan engkau, tapi Tuhan Yesus mau berkata, “Maukah engkau sembuh?”


Jika Tuhan bertanya seperti itu kepada Anda, maukah Anda percaya? Maukah Anda taat kepadaNya? Saat Anda percaya dan taat, Anda akan mengalami betapa luar biasanya kasih Tuhan kepada Anda.


Doakan dan renungkan:


*Manusia membutuhkan simpati dari orang lain dan simpati seringkali membutuhkan kerelaan berkorban.


*Apakah Saudara pernah mengalami ketiadaan simpati dari orang-orang yang Saudara harapkan, justru di saat Saudara sangat membutuhkan? Tuhan Yesus mengerti dan Dia selalu peduli.

a

Allah Tidak Pernah Kekurangan Waktu Untuk Simpati Dan Peduli