Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG Renungan Harian GKY Mangga Besar - Kamis, 20 November 2025

Tuhan Adalah Gembalaku

Pengkotbah 7:23-29

Pengejaran Hikmat yang Mengecewakan


Sebagai manusia yang terbatas dan lemah, kita tidak bisa memahami pikiran Allah sepenuhnya.


Tetapi, di dalam anugerah Allah, Allah menyatakan hikmat-Nya kepada kita, agar kita dapat hidup selaras dengan kehendak-Nya.


Setiap kita pasti pernah bermimpi. Mimpi bisa bermacam-macam, ada yang indah, ada yang menakutkan, ada yang menyedihkan.


Mimpi yang aneh juga ada, dan lain sebagainya. Kita pasti pernah mengalami mimpi.


Ketika mimpi itu menjadi suatu mimpi yang berkesan, mimpi yang menyenangkan, kita pasti akan berusaha untuk mengingat-ingat lagi mimpinya, bahkan mungkin kita akan bercerita kepada orang lain.


Menariknya, ketika kita berusaha untuk menggali, dan meng-exploremimpi itu, seringkali kita tidak menemukan apa-apa, dan kita semakin kehilangan detailnya.


Yang kita ingat hanyalah gambaran-gambaran atau kilasan-kilasan, yang tidak begitu jelas dari mimpi kita.


Begitu pun dengan hikmat Tuhan, ketika kita berusaha untuk memahami, menyelidiki, atau bahkan menguasainya, justru kita akan semakin tenggelam dalam sebuah perasaan kewalahan.


Pada dasarnya, memahami seutuhnya pikiran Allah adalah sesuatu yang mustahil. Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan.


Itulah kenapa di awal kitab Pengkotbah, ketika Pengkotbah telah membulatkan hati untuk memahami hikmat dan pengetahuan, dia juga menyadari, bahwa ini pun adalah usaha menjaring angin.


Bahkan, ada satu Bapak gereja, Agustinus, yang mengatakan, bahwa jika Allah bisa dipahami seutuhnya, Dia itu bukanlah Allah.


Seperti perenungan kemarin, memiliki hikmat semestinya membawa kita kepada kerendahan hati, bukan membawa kita kepada sebuah perasaan bahwa kita ingin menguasai semuanya, atau ingin mengetahui segalanya.


Maka dari itu, mari saat ini dengan kerendahan hati, kita membuka Alkitab kita, dan mempelajarinya.


Pengkotbah 7:23-29Pengejaran Hikmat yang Mengecewakan


23 Kesemuanya ini telah kuuji untuk mencapai hikmat. Kataku: "Aku hendak memperoleh hikmat," tetapi hikmat itu jauh dari padaku.


24 Apa yang ada, itu jauh dan dalam, sangat dalam, siapa yang dapat menemukannya?


25 Aku tujukan perhatianku untuk memahami, menyelidiki, dan mencari hikmat dan kesimpulan, serta untuk mengetahui bahwa kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan.


26 Dan aku menemukan sesuatu yang lebih pahit dari pada maut: perempuan yang adalah jala, yang hatinya adalah jerat dan tangannya adalah belenggu. Orang yang dikenan Allah terhindar dari padanya, tetapi orang yang berdosa ditangkapnya.


27 Lihatlah, ini yang kudapati, kata Pengkhotbah: Sementara menyatukan yang satu dengan yang lain untuk mendapat kesimpulan,


28 yang masih kucari tetapi tidak kudapati, kudapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka.


29 Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.


Pengkotbah memulai perikop ini dengan pengalamannya untuk mencapai hikmat, tetapi dalam refleksinya Pengkotbah masih merasa, bahwa hikmat itu jauh daripadanya.


Kata “jauh” ini menarik, karena artinya Pengkotbah belum sekalipun berada dekat pada hikmat, atau bahkan memahami hikmat itu sedikit pun.


Analoginya adalah, bayangkan Saudara akan memeriksa keadaan sebuahhandphoneyang baru.


Untuk sampai kepadahandphoneyang baru, perlu ada yang namanya proses, yaitu proses pergi dari rumah, datang ke tempathandphonedijual, merasakan memegangnya, bertanya kepada penjual, dan memeriksanya dengan tangan sendiri.


Jika kita menggunakan analogi seperti ini, maka pengalaman Pengkotbah mencapai hikmat, belum sampai kepada tahap dia dekat kepada hikmat itu.


Padahal Pengkotbah sudah menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan hikmat dan kehidupan.


Dia bahkan bertanya di ayat 24:Apa yang ada, itu jauh dan dalam, sangat dalam, siapa yang dapat menemukannya?


Sepintar apa pun, setua apa pun, seberpengalaman apa pun, tidak ada yang bisa memahami hikmat Tuhan seutuhnya.


Ayub 28: 20-21 Manusia Tidak Dapat Menemukan Hikmat


20 Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya?


21 Ia terlindung dari mata segala yang hidup, bahkan tersembunyi bagi burung di udara.



Itulah sebabnya dalam ayat 25, Pengkotbah menyebutkan semuanya ini sebagai sebuah kegilaan yang bodoh.


Meskipun tampak mustahil, ada beberapa pemikiran yang ditemukan Pengkotbah dalam perenungannya.


Dalam ayat 26, Pengkotbah menyadari adanya semacam pemikat, yang digambarkan dengan seorang perempuan yang adalah jala, yang hatinya adalah jerat, dan tangannya adalah belenggu.


Kemungkinan ini berbicara tentang godaan untuk hidup di dalam dosa, dan godaan untuk hidup di dalam kebodohan.


Namun, orang yang hidup dengan hikmat, digambarkan sebagai orang yang disenangi Allah, diberikan oleh Allah, kekuatan untuk menghindari dan mengenali godaan tersebut.


Bahkan Pengkotbah menyadari, bahwa dengan hidup berhikmat, bukan manusia yang akhirnya belajar untuk tahu bagaimana caranya hidup.


Tetapi dengan hidup berhikmat, justru Allah yang beranugerah untuk memberikan kekuatan kepada manusia supaya dapat menjalani hidupnya dengan menghindari godaan-godaan tersebut.


Godaan itu tetap ada, tetapi manusia diberikan hikmat, untuk bisa mengetahui bagaimana caranya terhindar dari godaan.


Selanjutnya, Pengkotbah juga menyadari, bahwa orang yang hidup dalam hikmat sedikit sekali.


Pengkotbah berkata dalam ayat 28, bahwa ia hanya mendapati 1 orang di antara 1000 orang, tetapi tidak mendapati perempuan seorang pun di antara mereka.


Di sini Pengkotbah tidak sedang merendahkan wanita. Justru, kemungkinan Pengkotbah sedang menunjukkan, bahwa ia pun terbatas. Ketika ia berusaha untuk mempelajari hikmat, pemikirannya terbatas.


Mungkin, wanita yang ia temui sedikit. Itulah sebabnya, ia tidak menemukan satu pun wanita yang hidup di dalam hikmat. Bahkan pria pun, di dalam 1000 orang, ia hanya menemukan 1 orang saja.


Ketika kita berusaha memahami sesuatu, kita, yang namanya manusia, selalu dibatasi oleh sesuatu.


Kita dibatasi oleh enerji kita, lingkungan di sekitar kita, waktu dan ruang di mana kita bisa bergerak, kesehatan, dan lain sebagainya.


Tidak ada seorang pun yang bisa memahami segalanya di dalam hidup ini.


Meskipun berbicara tentang beberapa hal, poin utama yang ingin ditekankan oleh Pengkotbah di bagian ini adalah hikmat Tuhan terlalu tinggi untuk manusia bisa pahami.


Mencoba memahami hikmat, seperti mencoba memahami samudra yang luas, atau alam semesta yang begitu besar.


Jika samudra atau semesta saja, tidak ada satu pun yang bisa memahaminya dengan utuh, maka siapakah kita, ciptaan yang kecil, yang berusaha memahami pikiran Allah, yang berusaha bisa memahami hikmat Allah sepenuhnya? Tidak mungkin.


Pesan firman Tuhan bagi kita:


1. Mari, kita menyadari, bahwa mengenali hikmat Tuhan adalah anugerah, bukan hasil dari kerja keras kita. Hikmat dinyatakan oleh Allah, dan bukan merupakan sesuatu yang bisa kita kejar atau bisa kita kuasai.


2. Mari, dengan rendah hati, kita bersyukur untuk hikmat yang Tuhan nyatakan melalui firman-Nya. Dan bersyukur untuk Roh Kudus yang telah menuntun kita, supaya kita bisa mengerti hikmat yang Tuhan nyatakan melalui firman-Nya.


Oleh sebab itu, mari kita terus tekun merenungkan firman Tuhan dan berdoa, supaya Tuhan beranugerah, menyatakan hikmat-Nya setiap hari di dalam hidup kita.




Doakan dan renungkan


* Hikmat itu, dari manakah datangnya, atau akal budi, di manakah tempatnya? Ia terlindung dari mata segala yang hidup.


* Hikmat dinyatakan oleh Allah, dan bukan sesuatu yang bisa kita kejar atau kuasai.


Tuhan sumber hikmatku