Audio Stream
00 : 00 : 00

Tuhan Adalah Gembalaku
Pengkhotbah 5:7-19
Kekayaan yang sia-sia (part 1)
Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini tidak ada yang kekal, semua yang kita punya hanya akan berarti jika kita memahaminya sebagai karunia dari Allah dan hidup kita untuk menikmati serta mensyukuri semua yang diberikan oleh Allah.
Setiap kita pasti hidup dengan materi di dunia ini, apakah karena kita butuh atau menginginkannya, atau juga berasal dari pemberian orang lain. Sadar atau tidak, hidup kita selalu dikelilingi materi.
Apakah kita masih mengingat mainan-mainan masa kecil yang kita miliki? Mungkin hanya satu atau dua mainan yang berkesan yang kita ingat, tidak bisa mengingat semuanya.
Inilah kenyataannya, segala sesuatu yang kita miliki itu, tidak ada yang kekal. Semua yang Allah ijinkan kita miliki saat ini hanyalah pemberian Allah di masa hidup kita.
Pengkhotbah 5:7-19
Kekayaan yang sia-sia
7 Kalau engkau melihat penindasan terhadap orang miskin di suatu daerah dan pemerkosaan hukum serta keadilan, janganlah heran akan hal itu. Sebab, pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain dan pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.
8 Suatu keuntungan bagi negeri dalam keadaan demikian ialah: kalau raja mengawasi tanah yang dikerjakan.
9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kelimpahan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
10 Semakin banyak harta, semakin banyak pula orang-orang yang menghabiskannya. Lalu apakah keuntungan bagi pemiliknya selain melihatnya?
11 Nyenyaklah tidur orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak. Tetapi, kenyangnya orang kaya sekali-kali tidak membuat dia bisa tidur.
12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kemalangannya sendiri.
13 Kekayaan itu lenyap karena ketidakberuntungan sehingga ketika ia mempunyai anak tak ada apa pun padanya.
14 Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang. Ia tidak memperoleh dari jerih payahnya apa pun yang dapat dibawa dalam tangannya.
15 Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Lalu apakah keuntungan bagi orang itu yang telah berjerih payah menjaring angin?
16 Bahkan ia menghabiskan seluruh hari-harinya dalam kegelapan, serta banyak kekesalan, penderitaan, dan kemarahan.
17 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat bagi orang ialah makan minum dan menikmati kesenangan dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bagiannya.
18 Juga, setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda serta diberi kemampuan untuk menikmatinya, untuk menerima bagiannya dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya. Itu pun karunia Allah.
19 Sesungguhnya ia tidak sering mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.
Setelah sebelumnya Pengkhotbah mengajarkan bagaimana bijaksana dan memperhatikan kata-kata yang keluar dari mulut kita, hari ini ia membahas bagaimana bijaksana dengan apa yang masuk ke mulut kita.
Dari perikop yang kita baca ada banyak kata tentang penghasilan, makan, keuntungan, kekayaan.
Kata-kata ini menjelaskan bagaimana manusia lebih terfokus untuk memperoleh kekayaan bagi diri sendiri tanpa memikirkan orang lain.
Hal ini tampak dalam ayat 8 bahwa keadilan dan hukum diperkosa, hidup para pejabat senantiasa menindas yang miskin, bahkan setiap orang yang berjerih payah dalam hidupnya.
Di ayat 9 dikatakan semua orang yang berjerih payah, hasilnya akan dikembalikan lagi kepada raja yang menikmati.
Jika pasal 4 ketika membahas mereka yang tertindas, Pengkhotbah menarik penyebabnya karena iri hati.
Tetapi pada pasal 5, penindasan terjadi karena ada orang-orang yang mencintai uang dan materi yang dimilikinya.
Uang dan materi tidak akan pernah bisa membawa kepuasan sejati dalam hidup kita. (Pengkhotbah 5:9)
Itulah sebabnya Pengkhotbah berkata siapa mencintai uang, tidak akan puas oleh uang. Semakin banyak harta, semakin banyak pula orang-orang yang berlomba untuk menghabiskannya.
Maka tidak ada satu keuntunganpun yang bertahan lama bagi orang kaya, karena orang yang melihat dan memiliki kekayaan itu hanya sementara saja, ia akan menghabiskannya untuk hal-hal yang ia beli dan ia inginkan.
Pengkhotbah membandingkan dengan mereka yang bekerja keras sewajarnya, mencari uang secukupnya tanpa ambisi apapun untuk kegemilangan uang dan materi.
Mereka dikatakan akan tidur nyenyak, baik makan sedikit maupun banyak.
Pengkhotbah 5:11 kata “nyenyak” dalam bahasa aslinya adalah sweet=manis, rasanya manis seperti mengonsumsi madu.
Pengejaran uang atau materi itu tidak hanya akan berakibat kepada penindasan terhadap orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri. Tidak ada ketenangan dan kepuasan yang diterima.
Pesan Firman Tuhan:
1. Kehidupan mengejar uang itu tidak akan membawa keuntungan apa pun kepada kita.
Pengkhotbah 5:17
Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat bagi orang ialah makan minum dan menikmati kesenangan dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bagiannya.
Kata “tepat” merujuk ke pasal 3 sebagai waktu yang tepat, di mana Allah menjadikan segala sesuatu indah, tepat pada waktu-Nya.
2. Apapun yang kita miliki dalam hidup ini, Allah hanya menghendaki bagi kita untuk hidup menikmati dan mensyukuri pemberian Allah.
Doakan dan renungkan
* Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kelimpahan tidak akan puas dengan penghasilannya.
* Nyenyaklah tidur orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak. Tetapi, kenyangnya orang kaya sekali-kali tidak membuat dia bisa tidur.
Puas hatiku, Nyenyak tidurku