Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG Renungan Harian GKY Mangga Besar - Senin, 10 November 2025

Tuhan Adalah Gembalaku

Pengkotbah 3:16-22

Semua bernasib sama (part 1)


Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, kejahatan itu merajalela dan dunia dipenuhi oleh ketidakadilan.


Namun Allah sang perancang kehidupan yang melihat semuanya itu, tidak pernah tinggal diam, dan suatu hari nanti semua perbuatan manusia akan diadili olehNya.


Mungkin kita pernah mendengar sebuah berita tentang orang yang berbuat kejahatan dengan sangat jahat, tetapi dijatuhi hukuman yang sangat ringan.


Kita juga bisa mendengar berita tentang seorang nenek yang miskin, karena kelaparan kemudian ia mencuri barang, dan dijatuhi hukuman yang sangat berat.


Kita bisa melihat perbandingan dari kedua berita ini, dan bagaimana respon kita? Mungkin kita mengeluh dan kita ikut mempertanyakan kenapa hukum itu tidak adil.


Mungkin kita juga ikut kesal dan ikut bersedih pada pihak-pihak yang lebih dirugikan.


Tanpa kita sadari ini adalah hal-hal yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari.


Contoh yang tadi hanya nampak besar, karena dilampirkan dalam berita dan kita semua bisa melihatnya.


Tetapi dalam banyak hal, bahkan mungkin dalam rumah tangga kita juga pernah mengalami yang namanya ketidakadilan.


Pengkotbah 3:16-22 (TB2)


16 Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situ ada kejahatan, dan di tempat keadilan, di situ ada ketidakadilan.


17 Aku berkata dalam hati, “Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun orang yang jahat, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.”


18 Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati, “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang.”


19 Karena nasib manusia sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Keduanya mempunyai nafas yang sama, dan manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang. Sesungguhnya semuanya sia-sia.


20 Kedua-duanya menuju satu tempat. Keduanya terjadi dari debu dan keduanya kembali kepada debu.


21 Siapa yang tahu, apakah nyawa manusia naik ke atas dan nyawa binatang turun ke bawah bumi?


22 Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itulah bagiannya. Sesungguhnya siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?


Bagian yang baru saja kita baca semakin menyatakan kepada kita tentang kenyataan manusia di dunia.


Pengkotbah menelusuri dan melihat bahwa ada begitu banyak kejahatan, dan ada begitu banyak ketidakadilan. Bahkan di tempat yang seharusnya ada keadilan, di situ pun terjadi ketidakadilan.


Inilah yang terjadi di dunia kita, begitu sering kita melihat akibat dari orang-orang yang mengalami kejahatan dan ketidakadilan dari orang lain.


Baik itu dalam bidang pendidikan, dunia pekerjaan, hidup berbangsa dan bernegara; sering kita mengeluh karena perilaku orang-orang jahat yang tidak mau menegakkan keadilan.


Sama seperti Pemazmur yang juga mengeluh dalam Mazmur ratapan yang mengatakan: “Berapa lama lagi Tuhan?”


Mungkin kita juga pernah mengeluh hal yang sama. Berapa lama lagi Tuhan, orang jahat tetap jahat?


Berapa lama lagi Tuhan, sehingga keadilan itu bisa ditegakkan dan dirasakan oleh semua manusia?




Pengkotbah 3:17-18 (TB2)


17 Aku berkata dalam hati, “Allah akan mengadili baik orang yang benar maupun orang yang jahat, karena untuk segala hal dan segala pekerjaan ada waktunya.”


18 Tentang anak-anak manusia aku berkata dalam hati, “Allah hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang.”


Dalam hal ini Pengkotbah sedang menunjukkan kepada kita, bahwa ketika kita sedang mengeluh tentang ketidakadilan, Allah itu tidak diam saja, tetapi Allah melihat.


Tapi untuk sementara waktu, Allah seperti membiarkan, mengizinkan ketidakadilan itu terjadi dalam kehidupan kita di dunia ini, supaya manusia bisa melihat bahwa inilah akibat dari kejatuhan manusia ke dalam dosa.


Manusia itu telah gagal untuk memahami dirinya dan tidak mengetahui tujuan hidupnya di dunia ini. Oleh karena itulah Pengkotbah menyamakan kehidupan manusia itu seperti binatang.


Mereka yang gagal untuk memahami dirinya dan tidak mengetahui tujuan hidupnya di dunia ini, itu seolah-olah memiliki nasib yang sama dengan nasib binatang.


Sama-sama diberi nafas oleh Allah, tapi nafasnya hanya sementara. Sama-sama diciptakan dari debu, tapi juga akan kembali kepada debu. Sama-sama akan menghadapi kematian juga.


Bahkan dikatakan bahwa manusia itu tidak punya kelebihan apa pun atas binatang, dan nilai derajatnya pun sama dengan binatang.


Tetapi bukan berarti bahwa artinya kehidupan kita tidak ada yang berarti, bahwa kita ini sama berharganya dengan binatang, jadi tidak ada harganya di hadapan Tuhan.


Tetapi Pengkotbah sedang menekankan bahwa inilah yang akan terjadi bagi mereka yang tidak mengenal Allah, yang gagal untuk memahami apa yang Allah kehendaki dalam hidupnya.


Mereka yang tetap tinggal dalam kejahatan, hidup dalam ketidakadilan, hidup menurut jalannya sendiri, itu tidak akan menyadari bahwa hidupnya ini hanyalah akan berakhir di dunia ini dalam kesempatan yang begitu singkat dari Allah.


Makanya disamakan dengan binatang, karena dia tidak menyadari akan tujuan hidupnya yang sesungguhnya.


Pengkotbah 3:22 mengingatkan kepada kita, bahwa bagian kita hanyalah untuk menikmati pemberian Allah menurut bagian yang kita terima masing-masing.


Renungan hari ini mengundang kita untuk kembali menyadari bagaimana sikap dan perilaku kita selama ini.


Adakah kita juga sama seperti yang dikatakan oleh Alkitab? Di mana di tempat yang harusnya ada keadilan, di situ kita malah bertindak tidak adil.


Pesan Firman Tuhan bagi kita:


1. Jikalau ada perbuatan dan sikap kita yang turut berkontribusi terhadap kejahatan di dunia ini, mari hari ini sekali lagi kita mohon ampun kepada Tuhan.


Biarlah firman Tuhan yang kembali mengingatkan kita, mungkin perbuatan-perbuatan kita yang tidak adil selama ini kita tidak bisa lihat nampak buruknya sekarang.


Tetapi semuanya itu akan diadili oleh Allah dengan sempurna; semuanya itu dilihat dan semuanya itu dihakimi oleh Allah pada waktunya.


Tetapi mungkin bagi kita yang sejauh ini sudah secara sadar kita berjuang untuk hidup dalam kebenaran dan bahkan kita membenci mereka yang tidak menegakkan keadilan di dunia ini.


2. Allah melihat semua ketidakadilan dan Allah tidak tinggal diam.


Mereka yang tidak takut akan Tuhan itu akan berakhir sama seperti binatang yang akan turun ke liang kubur, dan tidak terselamatkan.


Meskipun perjalanan kita saat ini penuh dengan keluh kesah, namun pada akhirnya nanti segala sesuatunya itu akan dihakimi Allah dengan adil.


Biarlah renungan kita hari ini kembali mengingatkan kita siapa diri kita di hadapan Allah, dan menyadarkan kita, apa yang sebenarnya Allah kehendaki untuk kita lakukan di dalam kehidupan kita yang begitu sementara di dalam hidup ini.


Doakan dan renungkan


* Jika manusia gagal memahami dirinya dan tidak mengetahui tujuan hidupnya di dunia, maka Pengkotbah berkata bahwa manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang.




* Nasib manusia sama dengan nasib binatang, sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain.


Tanpa pemahaman, tanpa tujuan