Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Filipi 3:17-21
Nasihat-Nasihat Kepada Jemaat (Part 1).
Kali ini sekali lagi kita akan membaca dan merenungkan firman Tuhan yang terambil dari surat Filipi 3:17-21, demikian firman Tuhan:
Filipi 3:17-21
17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.
18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
21 yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Jika kita sama-sama melihat ke sekeliling kita, maka sebenarnya ada banyak produk dan ada banyak program yang dijual untuk melawan penuaan dini,
Kalau kita mau sadari atau jujur, sebenarnya bukankah kita termasuk orang-orang yang menolak untuk dikatakan tua.
Kita enggak mau dipanggil tante, kita mau dipanggilnya cici. Kita tidak mau dipanggil ibu, kita lebih suka dipanggil ceceh.
Demikian juga dengan bapak-bapak menolak untuk dipanggil om lebih memilih dipanggil koko.
Itulah manusia menolak tua, namun ada satu pepatah yang sebenarnya menjadi pengingat dan juga menjadi self reminder buat diri saya secara pribadi, dan biarlah ini juga menjadi self reminder bagi kita semua.
Menjadi tua itu pasti, namunmenjadi dewasa itu pilihan.
Ketika saya mendengar hal ini, saya secara pribadi mengintrospeksi diri saya. Apakah dengan bertambahnya usia saya, saya tidak mengalami perubahan karakter dari dulu?
Apakah dengan semakin lama saya menjadi orang Kristen ternyata saya justru menjadi contoh atau batu sandungan bagi orang-orang di sekitar?
Menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa itu pilihan, kali ini mari kita terapkan dalam kehidupan rohani kita.
Ketika Paulus menulis ayat yang ke-17 sampai ayat ke-21, maka Paulus mengingatkan kepada jemaat di Filipi agar mereka punya pertumbuhan rohani yang baik.
Ada tiga standar yang Paulus berikan yang seharusnya menjadi pengingat bagi jemaat di Filipi. Apakah mereka punya tiga “M” ini?
1. Menjadi teladan di dalam kehidupan komunitas jemaat di Filipi.
Paulus berani berkata, "Ikutlah atau ikutilah teladanku." Paulus berani menjadi teladan dalam kehidupan komunitas jemaat di Filipi.
Paulus bukan berarti sedang menyombongkan diri, namun Paulus berani berkata, "Ikutilah teladanku."
Karena dia tahu dirinya difokuskan atau punya ambisi untuk mengenal Kristus saja, dan seharusnya itulah yang menjadi kerinduan setiap orang percaya, mau mengenal Kristus dan kebenaran-Nya, mau mengalami kuasa kebangkitan-Nya.
Beranikah kita di antara rekan-rekan atau di antara sanak saudara, kita berkata, "Ikutilah teladanku karena aku punya kerinduan untuk menjadi seperti Kristus."
2. Mawas diri
Yang kedua, bukan hanya menjadi teladan, namun mari kita menjadi pribadi yang mawas diri.
Di ayatnya yang ke-18 sampai di ayatnya yang ke-19, Paulus menyebutkan “kelompok orang yang menjadi seteru salib Kristus.” Apa artinya ini?
Seteru salib Kristus ini bukan berbicara hanya kepada kelompok orang-orang Yahudi yang menekankan pentingnya sunat dan juga ritual-ritual agama Yahudi.
Kelompok orang yang menjadi seteru salib Kristus adalah kelompok orang yang mengaku dirinya Kristen, namun mereka sama sekali tidak menunjukkan adanya perubahan hidup.
Seolah-olah mereka itu adalah orang-orang yang kita kenal dalam istilah sekarang ateis praktis.
Orang-orang yang mengaku dirinya Kristen, tanpa peduli sebenarnya Tuhan itu ada atau tidak ada di dalam kehidupan mereka, kebijakan yang mereka ambil menguntungkan diri mereka (nilai-nilai dunia).
Sehingga Paulus mengajak jemaat di Filipi dan juga kita orang Kristen punya sikap mawas diri, enggak gampang terpengaruh atau hanya hidup untuk saat ini, hanya hidup untuk mengejar hal-hal yang sensasional tanpa peduli lagi itu dosa atau tidak dosa.
Itulah mengapa Paulus mengatakan mereka itu seteru salib Kristus. Karena apa?
Mereka sudah menerima anugerah Tuhan, namun tidak menunjukkan hidupnya sungguh-sungguh menghargai anugerah pengorbanan Kristus, mereka mengatakan mereka Kristen, namun Kristen tanpa pertobatan.
Mari menjadi orang yang mawas diri bukan hanya berani menjadi teladan, tetapi orang yang berani mawas diri.
3. Mengingat
M yang ketiga adalah mengingat. Mengingat akan apa? Kita ini punya dua warga negara. Satu warga negara di sebuah negara di dunia ini dan satunya lagi adalah warga negara kerajaan surga. Artinya apa?
Kita harusnya rindu untuk bertemu dengan Tuhan, kita tidak terlalu terikat dengan hal-hal yang ada di sekitar kita atau hal-hal yang kita miliki saat ini.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa semua yang ada di dalam dunia, termasuk tubuh kita adalah hina, yang nantinya ketika Kristus datang kedua kali, akan diubah menjadi sesuatu yang mulia.
Kata “hina” yang dimaksud oleh Rasul Paulus adalah bahwa apa yang ada di dunia, termasuk tubuh kita, semuanya sifatnya sementara, tidak kebal terhadap kesusahan, penderitaan, dan penyakit.
Ini sebuah penghiburan bahwa di antara kesementaraan ini kita seharusnya menantikan akan kemuliaan yang Kristus akan berikan ketika Dia kembali lagi datang untuk kedua kalinya.
Tiga “M”:
1. Berani tidak kita menjadi teladan?
2. Kita harus berani mawas diri
3. Kita harus berani mengingat bahwa kita tidak hidup hanya hari ini dan di dunia ini saja, namun untuk sesuatuyang kekal.
Oleh karena itu, jangan menjadi orang Kristen yang gampang puas, jangan hanya puas dengan jumlah tabungan yang ada di dalam rekening kita, namun mari bertanya kepada Tuhan, apa yang bisa saya lakukan?
Apakah yang bisa saya kerjakan dengan tabungan, dengan berkat yang Tuhan percayakan kepada saya agar hidup saya menjadi berkat buat orang di sekitar kita?
Yang kedua, jangan gampang puas dengan gelar S1, S2, S3 yang telah kita miliki, namun mari bertanya pada Tuhan, dengan gelarku, apa yang bisa saya lakukan?
Siapa yang bisa saya layani? Dan bagaimana saya bisa menjadi berkat bagi orang-orang yang mungkin tidak punya kesempatan untuk studi atau untuk mendapatkan gelar pendidikan yang layak?
Jangan hanya puas karena kita memiliki jaminan untuk hari tua kita atau bagi keluarga kita, namun mari bertanya pada Tuhan.
Tuhan, dengan jaminan keselamatan yang Engkau berikan pada saya, apa yang bisa saya lakukan untuk orang-orang di sekitar saya sehingga mereka boleh kenal akan Engkau yang hidup?
1. Jangan menjadi orang Kristen yang gampang puas, tetapi mari kita bertanya kepada Tuhan, apa yang bisa kita kerjakan untuk menjadi saksi-Nya.
2. Mari kita juga menjadi pribadi yang siap melayani, kapan pun, di manapun melalui anugerah berkat yang Tuhan percayakan bagi kita.
Doakan dan renungkan
* Paulus berkata,”Ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.”
* Bagaimana dengan kita? beranikah kita berkata,"Ikutilah teladanku karena aku punya kerinduan hidup serupa Kristus."
Hidup itu Teladan