Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Amsal 16:26-27
Kumpulan Amsal-Amsal Salomo (Part 54)
Sebelum kita berlari mengejar agenda-agenda kita hari ini, mari kita duduk sejenak untuk merenungkan 1 pertanyaan penting: Apa yang sedang mendorong hidup kita hari ini?
Kadang kita berpikir, selama kita bekerja keras, itu sudah cukup. Tetapi Firman Tuhan hari ini ingin menunjukkan bahwa bukan hanya kerja keras yang penting, tetapi motivasi di baliknya.
Amsal 16:26-27
26 Rasa lapar bekerja untuk seorang pekerja, karena mulutnya memaksa dia.
27 Orang yang tidak berguna menggali lobang kejahatan, dan pada bibirnya seolah-olah ada api yang menghanguskan.
Ayat 26 menggambarkan motivasi dasar manusia untuk bekerja, yaiturasa lapar. Ini bisa berarti kebutuhan fisik, seperti makanan, tempat tinggal, biaya hidup, dan yang lainnya.
Dalam makna yang lebih luas, rasa lapar bisa berarti rasa kekurangan atau kekosongan yang mendorong seseorang untuk akhirnya mengejar sesuatu.
Bahkan, kalau dorongan ini begitu kuat, segala cara dihalalkan untuk dilakukan.
Rasa lapar bisa mendorong seseorang untuk bangun pagi-pagi, bekerja dengan giat, dengan keras, dan tidak bermalas-malasan.
Tetapi juga bisa menjadi dorongan yang akhirnya mengendalikan hidup kita sepenuhnya, jika kita tidak diarahkan oleh hikmat dari Tuhan.
“Karena mulutnya memaksa dia” artinya kebutuhan hidup bisa menjadi pendorong yang kuat, tetapi juga bisa menjadikan kita hamba dari tekanan dan ambisi-ambisi pribadi.
Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa terjebak di dalam siklus hidup yang hanya berputar, berputar, dan berputar pada pemenuhan kebutuhan kita tanpa arah yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau.
Tanpa kita mau tunduk dan taat pada kehendak Tuhan, karena fokus kita hanya memenuhi kebutuhan hidup kita.
Saya melakukan ini karena saya harus. Saya melakukan sesuatu yang buruk karena saya harus.
Kalau tidak, maka saya tidak bisa makan. Kalau tidak, maka apa yang saya harapkan/butuhkan, tidak bisa terpenuhi, dan kita tidak melakukan apa yang Tuhan kehendaki pada akhirnya.
Ayat 27 memberikan sebuah kontras. Di sini muncul gambaran orang yang tidak berguna. Artinya, orang yang hidupnya tidak diarahkan oleh hikmat Tuhan.
Lalu apa yang ia lakukan? Ia menggali lobang kejahatan.
Bukannya bekerja untuk sesuatu yang baik untuk kebaikan, tetapi ia menggali kejatuhannya. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi bisa jadi untuk orang lain juga.
Bibirnya seperti api. Bukan api yang menghangatkan, tetapi api yang membakar, yang pada akhirnya menghancurkan semuanya.
Artinya, bukan hanya tindakan kita yang perlu diperiksa, tetapi juga perkataan dan motivasi kita.
Apakah perkataan kita memberikan semangat atau memprovokasi? Apakah motivasi hidup kita digerakkan oleh kasih atau oleh kekhawatiran dan kepahitan?
Seorang ayah yang masih muda bercerita, bahwa ia bekerja 2shiftsehari, karena ia ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Tetapi karena terlalu fokus pada targetnya, ia menjadi mudah marah, ia jarang tersenyum, dan mulai berbicara kasar di rumah.
Sampai suatu hari, salah satu anaknya menggambar keluarga mereka. Gambar si ayah berdiri sendiri di pojok dengan wajah yang marah.
Itu menjadi teguran Tuhan bagi ayah ini. Ia sadar, bahwa ia dikuasai oleh rasa lapar, yang baik untuk kebaikan anak-anaknya, tetapi ternyata dijalani dengan tidak baik, tanpa bimbingan dari Tuhan, tidak mau tunduk kepada kehendak Tuhan.
Ia akhirnya sadar dan mau mulai mengubah prioritasnya. Bukan berhenti bekerja keras, tetapi ia menyeimbangkan waktu, ia membangun relasi dengan anak-anaknya, dan belajar kembali bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, bukan hanya kepada kekuatannya sendiri.
Hari ini mari kita memeriksa setiap motivasi dan dorongan dalam diri setiap kita. Apakah kita bekerja keras demi hal-hal yang benar, yang sesuai dengan apa yang Tuhan mau?
Apakah kita sudah menyerahkan motivasi kita sepenuhnya kepada Tuhan? Apakah kata-kata kita di rumah, di kantor, di WA, di media sosial kita membawa penguatan, atau malah membakar semuanya?
Jika kita dikuasai oleh rasa lapar tanpa pimpinan dan ketundukan kepada Tuhan, kita bisa menjadi pekerja keras yang pada akhirnya melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, kita kering rohani.
Tetapi jika kita biarkan Tuhan menuntun hati kita, rasa lapar itu bisa menjadi saluran berkat, bukan sekadar menjadi tekanan untuk setiap kita.
1. Hari ini, jangan hanya bergerak karena tekanan hidup. Biarlah dorongan hidupmu diarahkan oleh kasih Tuhan.
2. Datanglah kepada Tuhan, mintalah pimpinan dari Tuhan, biarlah Tuhan boleh mengarahkan setiap kita.
Kiranya Tuhan boleh menguduskan setiap dorongan hati kita hari ini dan memberkati setiap langkah hidup kita.
Doakan dan renungkan
* Rasa lapar bisa mendorong seseorang untuk bangun pagi-pagi, bekerja dengan giat dan tidak bermalas-malasan.
* Tetapi tanpa hikmat Tuhan, dorongan rasa lapar bisa menjadi pengendali hidup orang tersebut sepenuhnya.
Apa Motivasi Anda Bekerja?