Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Hakim-hakim 20:1-35
Peperangan orang Israel melawan bani Benyamin
Sebagai orang percaya, kita sangat perlu menjaga hati kita karena dari hati kitalah terpancar kehidupan Kristus yang nyata bagi orang lain.
Ketika seseorang tidak memiliki simpati kepada orang lain, maka simpatinya hanya kepada dirinya sendiri.
Apapun perbuatannya yang terlihat baik di mata orang lain, orang yang bersimpati hanya kepada dirinya sendiri selalu menganggap dirinya itu adalah korban dari orang lain.
Atau mungkin dari suatu situasi kondisi, lalu dia akan menganggap orang lainlah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan dirinya tidak peduli bagaimana situasi dan kondisi dari orang lain tersebut.
Sebagai orang percaya, kita sudah mengenal simpati Kristus bagi kita sampai Ia mati di salib untuk menanggung kita sebagai orang-orang berdosa.
Bagaimana kita menjalankan kehidupan kita? Apakah kita memiliki simpati kepada orang lain atau kita masih saja hanya bersimpati dengan diri kita sendiri tanpa peduli dengan orang lain?
Hakim-hakim 20:1-35
1 Lalu majulah semua orang Israel; dari Dan sampai Bersyeba dan juga dari tanah Gilead berkumpullah umat itu secara serentak menghadap Tuhan di Mizpa.
2 Maka berdirilah para pemuka dari seluruh bangsa itu, dari segala suku orang Israel, memimpin jemaah umat Allah yang jumlahnya empat ratus ribu orang berjalan kaki, yang bersenjatakan pedang.
3 Kedengaranlah kepada bani Benyamin, bahwa orang Israel telah maju ke Mizpa. Berkatalah orang Israel: ”Ceritakan bagaimana kejahatan itu terjadi.”
4 Lalu orang Lewi, suami perempuan yang terbunuh itu, menjawab: ”Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku Benyamin untuk bermalam di sana.
5 Lalu warga-warga kota Gibea itu mendatangi aku dan mengepung rumah itu pada malam hari untuk menyerang aku. Mereka bermaksud membunuh aku, tetapi gundikku diperkosa mereka, sehingga mati.
6 Maka kuambillah mayat gundikku, kupotong-potong dia dan kukirimkan ke seluruh daerah milik pusaka orang Israel, sebab orang-orang itu telah berbuat mesum dan berbuat noda di antara orang Israel.
7 Sekarang kamu sekalian, orang Israel, telah ada di sini. Berikanlah di sini pertimbanganmu dan nasihatmu.”
8 Kemudian bangunlah seluruh bangsa itu dengan serentak, sambil berkata: ”Seorang pun dari pada kita takkan pergi ke kemahnya, seorang pun dari pada kita takkan pulang ke rumahnya.
9 Inilah yang akan kita lakukan kepada Gibea; memeranginya, dengan membuang undi!
10 Kita akan memilih dari seluruh suku Israel sepuluh orang dari tiap-tiap seratus, seratus orang dari tiap-tiap seribu, seribu orang dari tiap-tiap sepuluh ribu, untuk mengambil bekal bagi laskar ini, supaya sesudah mereka datang, dilakukan kepada Gibea-Benyamin setimpal dengan segala perbuatan noda yang telah diperbuat mereka di antara orang Israel.”
11 Demikianlah orang Israel berkumpul melawan kota itu, semuanya bersekutu dengan serentak.
12 Kemudian suku-suku Israel mengirim orang kepada seluruh suku Benyamin dengan pesan:”Apa macam kejahatan yang terjadi di antara kamu itu!
13 Maka sekarang, serahkanlah orang-orang itu, yakni orang-orang dursila yang di Gibea itu, supaya kami menghukum mati mereka dan dengan demikian menghapuskan yang jahat itu dari antara orang Israel.” Tetapi bani Benyamin tidak mau mendengarkan perkataan saudara-saudaranya, orang Israel itu.
14 Sebaliknya, bani Benyamin dari kota-kota lain berkumpul di Gibea untuk maju berperang melawan orang Israel.
15 Pada hari itu dihitunglah jumlah bani Benyamin dari kota-kota lain itu: dua puluh enam ribu orang yang bersenjatakan pedang, belum termasuk penduduk Gibea, yang terhitung tujuh ratus orang pilihan banyaknya.
16 Dari segala laskar ini ada tujuh ratus orang pilihan yang kidal, dan setiap orang dari mereka dapat mengumban dengan tidak pernah meleset sampai sehelai rambut pun.
17 Juga orang-orang Israel dihitung jumlahnya; dengan tidak termasuk suku Benyamin ada empat ratus ribu orang yang bersenjatakan pedang; semuanya itu prajurit.
18 Lalu orang Israel berangkat dan maju ke Betel. Di sana mereka bertanya kepada Allah: ”Siapakah dari kami yang lebih dahulu maju berperang melawan bani Benyamin?” Jawab Tuhan: ”Suku Yehudalah lebih dahulu.”
19 Lalu orang-orang Israel bangun pagi-pagi dan berkemah mengepung Gibea.
20 Kemudian majulah orang-orang Israel berperang melawan suku Benyamin; orang-orang Israel mengatur barisan perangnya melawan mereka dekat Gibea.
21 Juga bani Benyamin maju menyerang dari Gibea dan menggugurkan ke bumi dua puluh dua ribu orang dari antara orang Israel pada hari itu.
22 Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya, lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya semula.
23 Kemudian pergilah orang-orang Israel, lalu menangis di hadapan Tuhan sampai petang, sesudah itu mereka bertanya kepada Tuhan: ”Akan pergi pulakah kami berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu?” Jawab Tuhan: ”Majulah melawan mereka.”
24 Tetapi ketika orang-orang Israel pada hari kedua sampai di dekat bani Benyamin,
25 maka pada hari kedua itu majulah suku Benyamin dari Gibea menyerbu mereka, dan digugurkannya pula ke bumi delapan belas ribu orang di antara orang-orang Israel; semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang.
26 Kemudian pergilah semua orang Israel, yakni seluruh bangsa itu, lalu sampai di Betel; di sana mereka tinggal menangis di hadapan Tuhan, berpuasa sampai senja pada hari itu dan mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan Tuhan.
27 Dan orang-orang Israel bertanya kepada Tuhan – pada waktu itu ada di sana tabut perjanjian Allah,
28 dan Pinehas bin Eleazar bin Harun menjadi imam Allah pada waktu itu – kata mereka: ”Haruskah kami maju sekali lagi untuk berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu, atau haruskah kami hentikan itu?” Jawab Tuhan: ”Majulah, sebab besok Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tanganmu.”
29 Lalu orang Israel menempatkan penghadang-penghadang sekeliling Gibea.
30 Pada hari ketiga majulah orang-orang Israel melawan bani Benyamin dan mengatur barisannya melawan Gibea seperti yang sudah-sudah.
31 Maka majulah bani Benyamin menyerbu laskar itu; mereka terpancing dari kota, dan seperti yang sudah-sudah, mereka mulai menyerang laskar itu pada kedua jalan raya – yang satu menuju ke Betel, dan yang lain ke Gibea melalui padang – sehingga terbunuh beberapa orang, kira-kira tiga puluh orang di antara orang Israel.
32 Maka kata bani Benyamin: ”Orang-orang itu telah terpukul kalah oleh kita seperti semula.” Tetapi orang-orang Israel telah bermupakat lebih dahulu: ”Marilah kita lari dan memancing mereka dari kota ke jalan-jalan raya.”
33 Jadi orang Israel bangun dari tempatnya dan mengatur barisannya di Baal-Tamar, sedang orang Israel yang menghadang itu tiba-tiba keluar dari tempatnya, yakni tempat terbuka dekat Geba,
34 dan sampai di depan Gibea, sebanyak sepuluh ribu orang pilihan dari seluruh Israel. Pertempuran itu dahsyat, tetapi bani Benyamin tidak tahu bahwa malapetaka datang menimpa mereka.
35 Tuhan membuat suku Benyamin terpukul kalah oleh orang Israel, dan pada hari itu orang-orang Israel memusnahkan dari antara suku Benyamin dua puluh lima ribu seratus orang, semuanya orang-orang yang bersenjatakan pedang.
Pasal ini masih kelanjutan dari kisah di dalam pasal yang ke-19 tentang orang Lewi yang gundiknya wafat karena mengalami kekerasan dan kejahatan dari orang-orang jahat suku Benyamin.
Orang Lewi ini memberitakan kepada orang Israel sehingga membuat orang Israel menjadi murka kepada suku Benyamin.
Pesan Firman Tuhan bagi kita:
1. Mencari kepentingan diri sendiri pada akhirnya cenderung mengorbankan orang lain.
Hakim-hakim 20:2-7
2 Maka berdirilah para pemuka dari seluruh bangsa itu, dari segala suku orang Israel, memimpin jemaah umat Allah yang jumlahnya empat ratus ribu orang berjalan kaki, yang bersenjatakan pedang.
3 Kedengaranlah kepada bani Benyamin, bahwa orang Israel telah maju ke Mizpa. Berkatalah orang Israel: ”Ceritakan bagaimana kejahatan itu terjadi.”
4 Lalu orang Lewi, suami perempuan yang terbunuh itu, menjawab: ”Aku sampai dengan gundikku di Gibea kepunyaan suku Benyamin untuk bermalam di sana.
5 Lalu warga-warga kota Gibea itu mendatangi aku dan mengepung rumah itu pada malam hari untuk menyerang aku. Mereka bermaksud membunuh aku, tetapi gundikku diperkosa mereka, sehingga mati.
6 Maka kuambillah mayat gundikku, kupotong-potong dia dan kukirimkan ke seluruh daerah milik pusaka orang Israel, sebab orang-orang itu telah berbuat mesum dan berbuat noda di antara orang Israel.
7 Sekarang kamu sekalian, orang Israel, telah ada di sini. Berikanlah di sini pertimbanganmu dan nasihatmu.”
Orang Lewi telah kehilangan gundiknya yang wafat karena kejahatan orang-orang Benyamin, dan dia menyampaikan itu kepada seluruh orang Israel.
Maka orang Israel menjadi marah dan mereka bertanya apa sebetulnya yang terjadi. Lalu orang Lewi ini menceritakan apa yang terjadi.
Namun, apa yang diceritakan orang Lewi ini tidak detail. Apakah orang Lewi ini memang peduli kepada gundiknya?
Jika kita baca sesungguhnya pada pasal 19 terakhir maka terungkaplah, orang Lewi ini sedang mencari selamat bagi dirinya sendiri dengan mengeluarkan gundiknya ke tengah-tengah orang jahat suku Benyamin.
Pada akhirnya, orang-orang jahat ini berbuat hal yang tidak patut bagi gundiknya.
Keesokan paginya, orang Lewi ini hendak pergi dan ketika dia membuka pintu, di situ dia melihat gundiknya wafat.
Orang Lewi ini sesungguhnya tidak bersimpati dengan gundiknya. Dia tidak peduli dengan gundiknya. Dia hanya peduli dengan dirinya sendiri.
Namun, ketika dia membagikan kepada orang Israel, apakah dia memang peduli kepada gundiknya?
Tidak demikian karena dia-pun tidak peduli dengan suku Benyamin.
Ketika seseorang mencari kepentingan diri sendiri, maka dia menjadi orang yang mengorbankan orang lain.
Orang yang mencari kepentingan diri sendiri tidak peduli dengan orang lain.
Walaupun dia berbuat sesuatu yang kelihatannya baik tetapi dibalik itu, dia sedang berpusat pada dirinya sendiri.
Sehingga orang yang mencari kepentingan sendiri sulit menjadi berkat orang lain.
Orang yang mencari kepentingan diri sendiri ketika menghadapi kesulitan, selalu cenderung menjadikan orang lain kambing hitam dalam kesulitan dia.
Sebagai orang percaya, mari kita mencari kepentingan orang lain lebih daripada mencari kepentingan diri sendiri.
Itulah nasihat firman Tuhan kepada kita. Kita mencari kepentingan Kristus daripada mencari kepentingan diri kita sendiri.
Ketika orang percaya mencari kepentingan Kristus dan mencari kepentingan orang lain lebih daripada kepentingan diri sendiri, dia menjadi orang percaya yang hidup bermakna dan jadi berkat bagi orang lain.
Bukankah itu nilai kehidupan orang yang hanya mencari kepentingan sendiri? Dia tidak pernah menikmati hidup yang bermakna.
Oleh karena itu, mari jangan sekedar mencari kepentingan diri sendiri tapi juga kepentingan orang lain bahkan kita hidup bagi kepentingan Kristus, untuk kemuliaanNya.
2. Ketika kita dipakai Tuhan untuk mengoreksi orang yang bersalah, maka Tuhan juga hendak membentuk kita untuk melakukannya dengan rendah hati dan di dalam pimpinan Tuhan.
Hakim-hakim 20:2-7
21 Juga bani Benyamin maju menyerang dari Gibea dan menggugurkan ke bumi dua puluh dua ribu orang dari antara orang Israel pada hari itu.
22 Tetapi laskar orang Israel mengumpulkan segenap kekuatannya, lalu mengatur pula barisan perangnya di tempat mereka mengatur barisannya semula.
23 Kemudian pergilah orang-orang Israel, lalu menangis di hadapan Tuhan sampai petang, sesudah itu mereka bertanya kepada Tuhan: ”Akan pergi pulakah kami berperang melawan bani Benyamin, saudara kami itu?” Jawab Tuhan: ”Majulah melawan mereka.”
Peperangan antara suku Benyamin dengan orang-orang Israel itu tidak terhindarkan karena suku Benyamin tidak mau menyerahkan orang-orang yang telah berbuat kejahatan itu.
Kalau kita baca, maka orang Israel sebelum berperang bertanya kepada Tuhan apakah mereka harus berperang.
Ternyata, Tuhan izinkan tapi mereka kalah. Sebenarnya apa yang terjadi?
Kalau kita baca kisah ini, orang Israel memiliki 400.000 orang prajurit untuk perang, beda jauh dengan jumlah pasukan suku Benyamin, bukan?
Kalau kita bandingkan kisah perang pertama dengan yang terakhir ketika akhirnya mereka menang, berbeda bukan?
Yang terakhir mereka melakukan dengan perencanaan detail tetapi di peperangan awal mereka melakukan dengan sembrono.
Kelihatan bahwa mereka ini menganggap remeh suku Benyamin karena jumlah pasukannya sedikit dibanding jumlah pasukan Israel.
Sehingga ketika mereka bertanya kepada Tuhan, sesungguhnya mereka tidak bersandar kepada Tuhan.
Mereka sesungguhnya mengandalkan pasukannya. Mengumpulkan pasukan dengan kekuatan untuk menyerang suku Benyamin.
Namun, pada akhirnya mereka harus sadar bahwa kemenangan dalam peperangan itu bukan karena banyaknya pasukan tetapi ketika mereka mencari wajah Tuhan, merendahkan diri, minta pimpinan Tuhan.
Maka pada saat terakhir peperangan itu, mereka melakukan dengan cara yang cermat.
Apa yang Allah telah lakukan kepada bangsa Israel? Sebetulnya Allah bukan sekedar ingin memakai bangsa Israel mendidik suku Benyamin.
Tetapi, Allah juga ingin mendidik orang Israel supaya bergantung kepada Tuhan bukan bergantung kepada kekuatan sendiri.
Tuhan ingin bangsa Israel rendah hati, tidak jumawa karena kekuatan yang besar atau merasa benar tetapi karena ikut pimpinan Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita pun dipanggil Tuhan untuk menolong orang lain, bahkan kita mengoreksi orang lain.
Tetapi, Tuhan juga ingin membentuk kita melalui semuanya itu supaya kita ini menjadi orang percaya yang bertumbuh.
Di dalamGalatia 6:1
1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
Bukankah nasihat firman Tuhan ini seperti pedang bermata 2? Satu sisi firman Tuhan mendorong kita untuk menolong orang lain jika dia jatuh ke dalam dosa supaya ia kembali.
Tetapi, satu sisi mata pedang juga memberitahukan kepada kita bahwa kita orang rohani harus hidup dengan roh lemah lembut dan penuh dengan kewaspadaan.
Sehingga dengan demikian, ketika kita melakukan kehendak Tuhan, kita sendiri jangan sampai terperangkap ke dalam pencobaan karena merasa diri hebat.
Kita harus belajar rendah hati, lemah lembut, dan memohon pimpinan Tuhan.
Doakan dan renungkan.
* Orang yang mencari kepentingan diri sendiri tidak peduli, bahkan mengorbankan orang lain. Orang seperti ini sulit menjadi berkat.
* Walaupun orang seperti ini berbuat sesuatu yang kelihatannya baik tetapi dibalik itu ia sedang berfokus untuk kepentingan dirinya.
Ujung-ujungnya diri sendiri