Audio Stream
00 : 00 : 00
Tuhan Adalah Gembalaku
Hakim-Hakim 4
Debora dan Barak
Sebagai orang percaya kita sedang menuju kepada kesempurnaan di dalam Kristus. Kita tahu bahwa kita tidak pernah mencapai, dengan kekuatan kita, mencapai kesempurnaan dalam Kristus.
Kesempurnaan di dalam Kristus itu kita alami ketika kita hidup di dalam Kristus.
Iman kita haruslah bergantung kepada Tuhan. Itulah yang seharusnya dan yang sebenarnya.
Namun kenyataannya secara fenomena dalam kehidupan kita, ternyata iman kita juga sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lihat, dengar, dan alami.
Pada kasus tertentu, kita dapat memiliki iman yang sepenuhnya kepada Tuhan. Namun pada kasus lain, iman kita bisa luntur karena situasi dan kondisi. Hal ini juga terjadi seperti dikisahkan dalam Alkitab terkait dengan Nabi Elia.
Ketika dia menghadapi 400 nabi Baal, kita saksikan bahwa imannya luar biasa. Namun setelah itu Iman Nabi Elia itu luntur ketika harus berhadapan dengan Isabel, istri raja Ahab.
Ketika menghadapi situasi kondisi seperti itu, bagaimanakah kita harus bersikap? Bukankah kita harus menghadapi kehidupan dengan iman kita?
Hakim-Hakim 4
1 Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata Tuhan.
2 Lalu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan, yang memerintah di Hazor. Panglima tentaranya ialah Sisera yang diam di Haroset-Hagoyim.
3 Lalu orang Israel berseru kepada Tuhan, sebab Sisera mempunyai sembilan ratus kereta besi dan dua puluh tahun lamanya ia menindas orang Israel dengan keras.
4 Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel.
5 Ia biasa duduk di bawah pohon korma Debora antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya.
6 Ia menyuruh memanggil Barak bin Abinoam dari Kedesh di daerah Naftali, lalu berkata kepadanya: ”Bukankah Tuhan, Allah Israel, memerintahkan demikian: Majulah, bergeraklah menuju gunung Tabor dengan membawa sepuluh ribu orang bani Naftali dan bani Zebulon bersama-sama dengan engkau,
7 dan Aku akan menggerakkan Sisera, panglima tentara Yabin, dengan kereta-keretanya dan pasukan-pasukannya menuju engkau ke sungai Kison dan Aku akan menyerahkan dia ke dalam tanganmu.”
8 Jawab Barak kepada Debora: ”Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.”
9 Kata Debora: ”Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.
10 Barak mengerahkan suku Zebulon dan suku Naftali ke Kedesh, maka sepuluh ribu orang maju mengikuti dia; juga Debora maju bersama-sama dengan dia.
11 Adapun Heber, orang Keni itu, telah memisahkan diri dari suku Keni, dari anak-anak Hobab ipar Musa, dan telah berpindah-pindah memasang kemahnya sampai ke pohon tarbantin di Zaanaim yang dekat Kedesh.
12 Setelah dikabarkan kepada Sisera, bahwa Barak bin Abinoam telah maju ke gunung Tabor,
13 dikerahkannyalah segala keretanya, sembilan ratus kereta besi, dan seluruh rakyat yang bersama-sama dengan dia, dari Haroset-Hagoyim ke sungai Kison.
14 Lalu berkatalah Debora kepada Barak: ”Bersiaplah, sebab inilah harinya Tuhan menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah Tuhan telah maju di depan engkau?” Lalu turunlah Barak dari gunung Tabor dan sepuluh ribu orang mengikuti dia,
15 dan Tuhan mengacaukan Sisera serta segala keretanya dan seluruh tentaranya oleh mata pedang di depan Barak, sehingga Sisera turun dari keretanya dan melarikan diri dengan berjalan kaki.
16 Lalu Barak mengejar kereta-kereta dan tentara itu sampai ke Haroset-Hagoyim, dan seluruh tentara Sisera tewas oleh mata pedang; tidak ada seorang pun yang tinggal hidup.
17 Tetapi Sisera dengan berjalan kaki melarikan diri ke kemah Yael, isteri Heber, orang Keni itu, sebab ada perhubungan baik antara Yabin, raja Hazor, dengan keluarga Heber, orang Keni itu.
18 Yael itu pun keluar mendapatkan Sisera, dan berkata kepadanya: ”Singgahlah, tuanku, silakan masuk. Jangan takut.” Lalu singgahlah ia ke dalam kemah perempuan itu dan perempuan itu menutupi dia dengan selimut.
19 Kemudian berkatalah ia kepada perempuan itu: ”Berilah kiranya aku minum air sedikit, aku haus.” Lalu perempuan itu membuka kirbat susu, diberinyalah dia minum dan diselimutinya pula.
20 Lagi katanya kepada perempuan itu: ”Berdirilah di depan pintu kemah dan apabila ada orang datang dan bertanya kepadamu: Ada orang di sini?, maka jawablah: Tidak ada.”
21 Tetapi Yael, isteri Heber, mengambil patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah – sebab ia telah tidur nyenyak karena lelahnya – maka matilah orang itu.
22 Pada waktu itu muncullah Barak yang mengejar Sisera. Keluarlah Yael mendapatkan dia dan berkata kepadanya: ”Mari, aku akan menunjukkan kepadamu orang yang kaucari itu.” Lalu masuklah Barak ke dalam dan tampaklah Sisera mati tergeletak dengan patok dalam pelipisnya.
23 Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel.
24 Dan kekuasaan orang Israel kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai mereka melenyapkan Yabin, raja Kanaan itu.
Mendengar panglima perang Kanaan bernama Sisera yang mempunyai pasukan kereta besi 900 buah, maka orang sekelas Barak juga gentar.
Karena memang peperangan yang terjadi bisa menjadi tidak seimbang dan akan membawa korban yang banyak dari pihak Israel.
Barak bukan diminta oleh Debora untuk menggunakan akal budinya atau menggunakan keberaniannya, tetapi Barak diperintahkan untuk percaya kepada firman Tuhan yang
disampaikan oleh Debora.
Barak tidak memiliki iman yang cukup untuk percaya kepada firman Tuhan karena hitung-hitungannya lebih menggelisahkan Barak.
Pesan Firman Tuhan bagi kita:
1. Ada kalanya kita memiliki iman yang lemah, oleh karena itu betapa kita memerlukan saudara seiman, sehingga melalui iman dan kehadiran saudara seiman kita, maka iman kita ditopang olehnya.
Hakim-Hakim 4:8
8 Jawab Barak kepada Debora: ”Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.”
Ketika kita membaca respons daripada Barak, mungkin kita menjadi kesal. Kita langsung mengatakan Barak ini adalah orang yang tidak beriman, lemah, dan tidak berani.
Bagaimana seorang panglima perang begitu penakut dan harus ditemani oleh seorang wanita yang bernama Debora.
Dari sisi lain kita pun harus menyadari bahwa kita pun dapat mengalami seperti yang dialami oleh Barak.
Barak dengan pasti tahu Sisera mempunyai 900 kereta besi, sedangkan bangsa Israel mereka adalah pejalan kaki di dalam berperang. Bagaimana mungkin orang Israel dapat memenangkan peperangan itu?
Seorang setangguh Barak pun menjadi gentar sehingga hitung-hitungan dan imannya tidak seimbang.
Hitung-hitungannya lebih kuat mempengaruhi dia dan imannya terus melorot. Barak berkata jikalau Debora ikut, maka ia akan ikut.
Sebetulnya apa yang bisa pelajari dari kisah ini? Sebagai orang percaya kita tidak selalu memiliki iman yang solid, teguh, dan hanya memandang kepada Tuhan.
Seringkali iman kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita lihat dan dengar.
Jikalau apa yang kita lihat dan dengar menurut hitung-hitungan kita begitu dahsyat, maka
kemungkinan memiliki iman yang melorot.
Di situlah kita membutuhkan saudara-saudara seiman kita yang menguatkan dan hadir dalam hidup kita.
Melalui iman saudara-saudara kita, iman kita topang dan supaya kita kembali boleh menaati firman Tuhan dan melakukan apa yang Tuhan inginkan kita lakukan.
Sehingga kekhawatiran dan ketakutan kita boleh lambat laun disingkirkan dan kita bisa melihat terang, kuasa, kasih, dan kesetiaan Tuhan melalui persekutuan dengan orang-orang percaya.
Oleh karena itu janganlah kita sebagai orang percaya meninggalkan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya, karena Tuhan tahu kita membutuhkannya.
2. Ketika kita percaya kepada pimpinan Tuhan dengan melakukannya, maka kita sendiri akan mengalami langsung keajaiban Tuhan itu.
Hakim-Hakim 4:9, 21-24
9 Kata Debora: ”Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” Lalu Debora bangun berdiri dan pergi bersama-sama dengan Barak ke Kedesh.
21 Tetapi Yael, isteri Heber, mengambil patok kemah, diambilnya pula palu, mendekatinya diam-diam, lalu dilantaknyalah patok itu masuk ke dalam pelipisnya sampai tembus ke tanah – sebab ia telah tidur nyenyak karena lelahnya – maka matilah orang itu.
22 Pada waktu itu muncullah Barak yang mengejar Sisera. Keluarlah Yael mendapatkan dia dan berkata kepadanya: ”Mari, aku akan menunjukkan kepadamu orang yang kaucari itu.” Lalu masuklah Barak ke dalam dan tampaklah Sisera mati tergeletak dengan patok dalam pelipisnya.
23 Demikianlah Allah pada hari itu menundukkan Yabin, raja Kanaan, di depan orang Israel.
24 Dan kekuasaan orang Israel kian keras menekan Yabin, raja Kanaan, sampai mereka melenyapkan Yabin, raja Kanaan itu.
Barak tidak memiliki iman untuk memimpin bangsa Israel melalui peperangan melawan Sisera. Dia meminta Debora yang memimpin.
Memang peperangan itu dimenangkan, tetapi Barak tidak mengalami langsung bagaimana tangan Tuhan memakai Barak untuk mengalahkan panglima perang Sisera.
Tetapi justru seorang wanita, Yael namanya, dialah yang mengalahkan Sisera di kemahnya, bukan di dalam peperangan ketika Sisera sedang tertidur.
Yael telah membunuh Sisera, barulah Barak tiba di kemah Yael dan Barak tidak dapat menyaksikan langsung bagaimana dia mengalahkan Sisera.
Ketika kita dalam hidup tidak mempercayai Tuhan dalam hidup kita, bisa saja Tuhan memberikan kita pertolongan dan kemenangan melalui masa-masa sulit.
Namun satu hal yang kita rugi adalah kita tidak menyaksikan dan mengalami dengan sendiri bagaimana tangan Tuhan menuntun kita. Hal itu karena kita tidak memiliki iman yang sepenuhnya kepada Tuhan.
Berbeda ketika kita memiliki iman sepenuhnya kepada Tuhan, maka kita bisa peka kepada pimpinan Tuhan dan menyaksikan langsung apa yang Tuhan kerjakan di dalam masa-masa sulit kita.
Oleh karena itu sebagai orang percaya, mari kita terus bertumbuh dalam iman kita kepada Tuhan dengan kita membaca Firman.
Firman itu meneguhkan iman dan iman yang teguh akan Tuhan pakai untuk kehidupan sehari-hari kita melalui masa sulit, untuk percaya kepada tangan Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.
Ketika kita percaya sepenuhnya kita akan melihat dipakai Tuhan untuk memenangkan peperangan rohani.
Kita akan bersukacita karena tidak ada perkara bagi Tuhan yang mustahil. Dia sanggup berbuat apa yang Dia kehendaki.
Demikian juga bagaimana Barak mengalahkan Sisera. Sesungguhnya bukan Barak yang
mengalahkan Sisera, tetapi Tuhan yang bekerja mengacaubalaukan pasukan Sisera sehingga mereka kalah.
Barak memang menjadi seorang yang menang, tetapi menjadi seorang yang tidak secara langsung mengalami kemenangan itu, meskipun dia sudah menang.
Alangkah indahnya ketika kita menang dan mengalami secara langsung kemenangan yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
Doakan dan renungkan.
* Saat Barak takut untuk maju perang, ia mengajak Debora maju bersamanya, ”Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.”
* Ada kalanya iman kita lemah, oleh karena itu kita perlu saudara seiman agar melalui iman dan kehadiran mereka, iman kita ditopangnya.
Masih ada teman seiman