Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Kamis, 25 Januari 2024

Tuhan Adalah Gembalaku


Markus 10:1-12
Perceraian.


Apa yang sering kita lihat dan kita dengar dapat menjadi sesuatu yang kita anggap benar dan biasa di dalam kehidupan.


Kita harus sering membaca dan merenungkan firman Tuhan, sebab dunia ini terus memberikan informasi dan berita yang dapat memengaruhi kehidupan kita.


Berita mengenai perceraian sudah sering terjadi, hal tersebut bisa terjadi di dalam lingkungan sekitar, pertemanan, dan mungkin ada juga sedang mengalaminya.


Jika kita sering melihat perceraian, kita bisa merasa bahwa perceraian itu hal yang biasa dan masuk akal.


Banyak argumentasi dari orang-orang yang menyetujui perceraian. Namun, tidak ada seorang manusia yang mempunyai wewenang dan hak untuk berbicara dan menyetujui tentang perceraian.


Hal ini dikarenakan pernikahan itu bukan desain manusia, melainkan desain Allah.


Kita harus menuruti apa yang Tuhan rancangkan di dalam pernikahan, agar kita bisa menikmati kebaikan dari pernikahan itu sendiri.


Markus 10:1-12


1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.


2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"


3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"


4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."


5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.


6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,


7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,


8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.


9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."


10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.


11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.


12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."


Firman Tuhan yang kita baca hari ini adalah mengenai cobaan yang diberikan orang Farisi kepada Tuhan Yesus terkait dengan perceraian suami dan istri.


Hal itu disebut cobaan karena kasus perceraian merupakan hal yang sensitif di dalam masyarakat.


Cobaan yang orang Farisi lakukan adalah mereka ingin agar Tuhan Yesus terjebak dalam menolak ajaran dari hukum Musa, dan dianggap sebagai pelanggar kepada taurat Tuhan.


Pesan firman Tuhan bagi kita:

1. Suami istri tidak dapat diceraikan karena apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia.


Markus 10:6-9


6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,


7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,


8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.


9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."


Ketika diperhadapkan dengan pertanyaan perceraian, maka Tuhan Yesus mengembalikan apa yang diajarkan oleh Musa yang mengizinkan perceraian dengan memberikan surat cerai.


Tuhan Yesus mengajarkan bahwa sebetulnya tidaklah demikian. Pernikahan itu adalah desain Tuhan dan bukan desain manusia.


Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, itulah pernikahan.


Pernikahan dengan satu lelaki dan perempuan, mereka bukan lagi dua melainkan satu. Apa yang dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia.


Perceraian secara hukum memang sah, tetapi di dalam hukum Tuhan bahwa status suami istri itu adalah tetap.


Jika suami yang menceraikan istrinya dan menikah dengan perempuan lain, maka Tuhan Yesus berkata bahwa suaminya itu berzinah dan sebaliknya.


Jika istri bercerai dengan suaminya dan menikah dengan lelaki lain, maka dia berzinah.


Apakah ada institusi dan kekuasaan di dunia ini yang lebih tinggi dari kekuasaan Tuhan?


Apakah ada otoritas dunia yang melampaui otoritas Tuhan? Jika otoritas Tuhan yang tertinggi, maka siapakah yang dapat membatalkan keputusan-Nya?


Pernikahan itu memang ada di dalam wilayah hukum dunia, tetapi pernikahan juga ada di dalam hukum Allah yang melampaui hukum dunia.


Tidak ada seorangpun yang boleh menceraikan pasangan suami istri, sebab mereka telah dipersatukan oleh Allah.


Ketika kita menyadari semuanya ini, maka ketika kita masuk ke dalam pernikahan masuklah dengan penuh persiapan yang baik.


Ketika kita mendapatkan kesempatan hidup sebagai suami atau istri, maka peliharalah relasi sebaik mungkin dengan pasangan kita.


Di dalam takut akan Tuhan, belajarlah menyesuaikan diri. Setiap permasalahan yang ada pasti ada jalan keluarnya, termasuk di dalam perceraian.


2. Perceraian adalah ekspresi ketegaran hati manusia berdosa.


Markus 10:3-5


3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"


4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."


5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.


Perceraian yang Tuhan Yesus katakan itu adalah ekspresi ketegaran hati manusia, yaitu orang yang tidak bisa diajar atau orang yang tidak percaya.


Bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir juga adalah orang yang tegar hati atau tegar tengkuk.


Mereka adalah orang yang tidak percaya, sehingga mereka tidak masuk ke dalam tanah perjanjian.


Pasangan suami dan istri bisa bercerai karena mereka tidak percaya kepada Tuhan, artinya tidak percaya kepada Tuhan yang bisa menolong mereka dan tidak percaya bahwa perceraian itu buruk.


Musa memberikan surat cerai adalah untuk melindungi kaum wanita, sebab jika wanita pada zaman itu diceraikan suami tanpa surat, maka ia bisa mengalami tindakan yang tidak patut.


Ketika wanita itu bergaul dengan pria lain, maka suaminya bisa menuntut dia sebab tidak ada bukti perceraian itu.


Hal itulah yang membuat Musa memerintahkan membuat surat cerai untuk melindungi orang yang diceraikan itu.


Hal itu juga bukan legitimasi bagi perceraian, sebab perceraian adalah ekspresi ketegaran hati manusia berdosa.


Ketika kita berjumpa dengan pasangan suami dan istri yang mau bercerai, maka kita bisa melihat ketegaran hati mereka yang tidak mau diajar dan tidak mau dibimbing untuk melanjutkan pernikahan.


Mereka tidak percaya satu sama lain dan tidak percaya kepada pertolongan dan jalan Tuhan. Marilah kita mengekspresikan iman kita di dalam sikap yang cocok dengan iman kita.


Ketika kita menemui masalah di dalam relasi suami istri, maka ingatlah bahwa Tuhan yang memberkati pernikahan kita.


Dialah yang akan menolong kita, mari kita datang dan tunduk kepada firman serta pengajarannya.


Hal ini agar kita dapat menemukan jalan keluar dengan pertolongan Tuhan, sebab tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.


Permasalahan terbesar itu adalah kematian dan kebinasaan yang telah ditanggung Kristus diatas kayu salib.


Tidak ada permasalahan yang lebih besar daripada hal tersebut, sebab kita memiliki Tuhan yang turut merasakan kelemahan kita.


Mari kita datang kepada-Nya dan tidak berputus asa.


Doakan dan renungkan.


* Musa memerintahkan membuat surat cerai untuk melindungi orang yang diceraikan.


* Tapi hal itu bukan legitimasi bagi perceraian, sebab perceraian adalah ekspresi ketegaran hati manusia berdosa.


PerintahNya sama: Jangan bercerai