Login

Daftar

All Episode

Audio Stream

Podcast
Lagu Indonesia
Podcast
Lagu Mandarin

00 : 00 : 00

Back

TAG

Renungan Harian
GKY Mangga Besar

Sabtu, 5 Juni 2021

Tuhan adalah Gembalaku

Tuhan Adalah Gembalaku
RENUNGAN HARIAN
GKY MANGGA BESAR
Sabtu, 5 Juni 2021

Kejadian 44
Piala Yusuf Hilang dan didapati;
Yehuda membela Benyamin

Kita bersyukur karena ketika
kita masih mempunyai keluarga,
itu merupakan kebahagiaan
dalam hidup kita.
Apakah kita menghargai keluarga kita
sebagai berkat dari Tuhan?

Setiap keluarga mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda.
Ada kelurga yang selalu
mempunyai pengalaman yang baik
dalam kebersamaan keluarga.
Tetapi ada keluarga juga yang
ironisnya adalah keluarga ini
tidak pernah mengalami hal yang baik
dalam kebersamaan mereka.
Keluarga ini menjadi keluarga
yang terkoyak.

Haruslah kita sadari,
ketika sebuah keluarga terkoyak,
maka setiap anggota keluarga itupun
secara pribadi juga
terkoyak dalam hidupnya.
Karena keluarga adalah
tempat di mana seseorang dapat
berteduh dari bisingnya dunia ini.

Bisa melepaskan segala kekuatirannya
karena ada keluarga yang mencintainya.
Betapa pentingnya
kehidupan keluarga itu.

Setiap orang percaya harus
mempunyai peran yang penting
dalam keluarga masing-masing.
Itulah yang Tuhan inginkan dari kita.

Kejadian 44

1) Sesudah itu diperintahkannyalah
kepada kepala rumahnya:
"Isilah karung orang-orang itu
dengan gandum,
seberapa yang dapat dibawa mereka,
dan letakkanlah uang masing-masing
di dalam mulut karungnya.

2) Dan pialaku, piala perak itu,
taruhlah di dalam mulut karung
anak yang bungsu serta
uang pembayar gandumnya juga."
Maka diperbuatnyalah seperti
yang dikatakan Yusuf.

3) Ketika paginya hari terang tanah,
orang melepas mereka
beserta keledai mereka.
4) Tetapi baru saja mereka keluar
dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya,
berkatalah Yusuf kepada
kepala rumahnya:
"Bersiaplah, kejarlah orang-orang itu,
dan apabila engkau sampai kepada mereka,
katakanlah kepada mereka:
Mengapa kamu membalas yang baik
dengan yang jahat?

5) Bukankah ini piala yang dipakai tuanku
untuk minum dan yang biasa
dipakainya untuk menelaah?
Kamu berbuat jahat dengan
melakukan yang demikian."

6) Ketika sampai kepada mereka,
diberitakannyalah kepada mereka
perkataan Yusuf itu.

7) Jawab mereka kepadanya:
"Mengapa tuanku mengatakan
perkataan yang demikian?
Jauhlah dari pada hamba-hambamu ini
untuk berbuat begitu!

8) Bukankah uang yang kami dapati
di dalam mulut karung kami telah
kami bawa kembali kepadamu
dari tanah Kanaan?
Masakan kami mencuri emas
atau perak dari rumah tuanmu?

9) Pada siapa dari hamba-hambamu ini
kedapatan piala itu, biarlah ia mati,
juga kami ini akan menjadi budak tuanku."

10) Sesudah itu berkatalah ia:
"Ya, usulmu itu baik;
tetapi pada siapa kedapatan piala itu,
hanya dialah yang akan
menjadi budakku dan
kamu yang lain itu
akan bebas dari salah."

11) Lalu segeralah mereka
masing-masing menurunkan karungnya
ke tanah dan masing-masing
membuka karungnya.

12) Dan kepala rumah itu memeriksanya
dengan teliti; ia mulai dengan yang sulung
sampai kepada yang bungsu;
maka kedapatanlah piala itu
dalam karung Benyamin.

13) Lalu mereka mengoyakkan jubahnya
dan masing-masing memuati keledainya,
dan mereka kembali ke kota.

14) Ketika Yehuda dan
saudara-saudaranya sampai
ke dalam rumah Yusuf,
Yusuf masih ada di situ,
sujudlah mereka sampai ke tanah
di depannya.

15) Berkatalah Yusuf kepada mereka:
"Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini?
Tidakkah kamu tahu,
bahwa seorang yang seperti aku ini
pasti dapat menelaah?"

16) Sesudah itu berkatalah Yehuda:
"Apakah yang akan
kami katakan kepada tuanku,
apakah yang akan kami jawab,
dan dengan apakah kami akan
membenarkan diri kami?
Allah telah memperlihatkan
kesalahan hamba-hambamu ini.
Maka kami ini, budak tuankulah kami,
baik kami maupun orang
pada siapa kedapatan piala itu."
17) Tetapi jawabnya:
"Jauhlah dari padaku untuk
berbuat demikian!
Pada siapa kedapatan piala itu,
dialah yang akan menjadi budakku,
tetapi kamu ini,
pergilah kembali dengan selamat
kepada ayahmu."

18) Lalu tampillah Yehuda mendekatinya
dan berkata: "Mohon bicara tuanku,
izinkanlah kiranya hambamu ini
mengucapkan sepatah kata
kepada tuanku dan janganlah
kiranya bangkit amarahmu
terhadap hambamu ini,
sebab tuanku adalah
seperti Firaun sendiri.

19) Tuanku telah bertanya
kepada hamba-hambanya ini:
Masih adakah ayah
atau saudara kamu?

20) Dan kami menjawab tuanku:
Kami masih mempunyai ayah yang tua
dan masih ada anaknya yang muda,
yang lahir pada masa tuanya;
kakaknya telah mati,
hanya dia sendirilah yang tinggal
dari mereka yang seibu,
sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia.

21) Lalu tuanku berkata kepada
hamba-hambamu ini:
Bawalah dia ke mari kepadaku,
supaya mataku memandang dia.

22) Tetapi jawab kami kepada tuanku:
Anak itu tidak dapat
meninggalkan ayahnya,
sebab jika ia meninggalkan ayahnya,
tentulah ayah ini mati.

23) Kemudian tuanku berkata
kepada hamba-hambamu ini:
Jika adikmu yang bungsu itu
tidak datang ke mari
bersama-sama dengan kamu,
kamu tidak boleh melihat mukaku lagi.

24) Setelah kami kembali
kepada hambamu, ayahku,
maka kami memberitahukan
kepadanya perkataan tuanku itu.

25) Kemudian ayah kami berkata:
Kembalilah kamu membeli sedikit
bahan makanan bagi kita.

26) Tetapi jawab kami:
Kami tidak dapat pergi ke sana.
Jika adik kami yang bungsu
bersama-sama dengan kami,
barulah kami akan pergi ke sana,
sebab kami tidak boleh
melihat muka orang itu,
apabila adik kami yang bungsu
tidak bersama-sama dengan kami.

27) Kemudian berkatalah hambamu,
ayahku, kepada kami:
Kamu tahu, bahwa isteriku telah
melahirkan dua orang anak bagiku;

28) yang seorang telah
pergi dari padaku,
dan aku telah berkata:
Tentulah ia diterkam
oleh binatang buas,
dan sampai sekarang aku
tidak melihat dia kembali.

29) Jika anak ini kamu ambil pula
dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan,
maka tentulah kamu akan
menyebabkan aku yang ubanan ini
turun ke dunia orang mati
karena nasib celaka.

30) Maka sekarang,
apabila aku datang kepada
hambamu, ayahku, dan
tidak ada bersama-sama
dengan kami anak itu,
padahal ayahku tidak dapat
hidup tanpa dia,

31) tentulah akan terjadi,
apabila dilihatnya anak itu tidak ada,
bahwa ia akan mati,
dan hamba-hambamu ini
akan menyebabkan hambamu,
ayah kami yang ubanan itu,
turun ke dunia orang mati
karena dukacita.

32) Tetapi hambamu ini telah
menanggung anak itu terhadap ayahku
dengan perkataan:
Jika aku tidak membawanya kembali
kepada bapa, maka akulah yang berdosa
kepada bapa untuk selama-lamanya.

33) Oleh sebab itu,
baiklah hambamu ini tinggal
menjadi budak tuanku
menggantikan anak itu,
dan biarlah anak itu pulang
bersama-sama dengan
saudara-saudaranya.

34) Sebab masakan aku pulang
kepada ayahku,
apabila anak itu tidak bersama-
sama dengan aku?
Aku tidak akan sanggup melihat
nasib celaka yang akan
menimpa ayahku."

Keluarga Yakub adalah
keluarga yang terkoyak
karena Yakub tidak mengasihi
anak-anaknya sebagaimana seharusnya,
sehingga anak-anak Yakub
menjadi benci kepada Yusuf.

Keluarga Yakub juga adalah
keluarga yang mengalami kelaparan,
sebagaimana tanah Kanaan
sedang pmengalami kelaparan.

Peristiwa ini pasti menjadi
pengalaman yang tidak menyenangkan
sehingga mereka harus mencari
makanan di negeri Mesir.

Namun peristiwa yang buruk
seperti ini juga diijinkan Allah.

Pesan Firman Tuhan Pada Hari Ini

1. Tuhan hendak memakai
orang percaya menjadi
pemersatu keluarga

Peristiwa terkoyaknya
keluarga Yakub itu disebabkan
oleh ulah Yakub juga.
Yakub lebih mengasihi Rahel
daripada Lea sehingga
Yakub lebih mengasihi Yusuf
dibandingkan kakak-kakaknya.

Peristiwa ini membuat
keluarga ini menjadi terkoyak.
Bahkan Yusuf dijual ke Mesir.

Peristiwa ini adalah
peristiwa yang menyakitkan.
Termasuk juga peristiwa kelaparan
yang menyebabkan Yakub harus
merelakan Benyamin ke Mesir.

Namun ketika kita
memperhatikan kisah ini,
justru Tuhan mau memakai Yusuf
untuk menjadi orang yang
mempersatukan keluarganya kembali.
Sehingga mereka bisa kembali
menjadi keluarga yang utuh dan
menjadi keluarga yang
diberkati oleh Tuhan.

Melalui peristiwa yang
tidak menyenangkan,
yaitu peristiwa kelaparan yang terjadi,
semua itu terjadi atas seijin Tuhan
karena Tuhan mempunyai maksud baik
bagi keluarga Yakub.

Setiap kita mempunyai pengalaman
yang berbeda-beda dengan keluarga kita.
Ada diantara kita mempunyai
keluarga dengan pengalaman yang baik,
namun ada juga yang
mempunyai pengalaman-pengalaman
yang buruk, mungkin sampai hari ini.

Semua itu Tuhan ijinkan
dengan suatu maksud.
Tuhan mau pakai kita,
sebagai orang percaya untuk
menjadi berkat bagi keluarga kita dan
mempersatukan keluarga kita kembali
jika keluarga itu terkoyak.

Mari kita ingat tujuan
kehadiran kita dalam keluarga kita.
Tuhan ingin kita mempersatukan
keluarga kita untuk menjadi
keluarga yang diberkati Tuhan.

2. Pengalaman yang sulit
namun membangun kesatuan keluarga
merupakan pengalaman yang berharga

Pengalaman yang sulit tidak selalu
merupakan keburukan dalam hidup kita.
Namun pengalaman yang sulit
dapat juga membangun keluarga kita
sehingga keluarga kita bisa
menjadi keluarga yang bersatu.

Inilah yang terjadi pada keluarga Yakub.
Bagaimana anak-anak Yakub
dapat bersatu untuk menolong
keluarganya supaya tidak kelaparan.

Bagaimana mereka kembali
bersatu melalui Yusuf melalui
pengalaman yang buruk ini.

Pengalaman yang sulit seperti ini
menjadi pengalaman yang berharga.
Karena dengan pengalaman
yang seperti ini,
keluarga Yakub boleh kembali
menjadi satu kesatuan.
Mereka tidak lagi membenci
satu sama lain.

Ketika kita mengalami kesulitan
dalam kehidupan kita,
satu hal yang sangat penting
yang harus kita perhatikan adalah
Kesulitan boleh datang namun
keutuhan keluarga kita tidak boleh
diceraiberaikan oleh kesulitan.

Tapi biarlah kesulitan itu yang
membangun keutuhan keluarga kita,
mempererat kesatuan keluarga kita,
dan mempererat kasih kita satu sama lain
sehingga ketika kita melewati kesulitan itu,
kesulitan itu menjadi berharga
bagi keluarga kita dan bagi hidup kita.

3. Kerelaan menanggung satu sama lain
membangun keutuhan sebuah keluarga

Keluarga yang terpecah
dan keluarga yang terkoyak
salah satu unsurnya adalah
ketika setiap anggota keluarga
tidak peduli dengan
anggota keluarga yang lain.
Ketika setiap anggota keluarga,
tidak mau menanggung
anggota keluarga yang lain.

Kalau kita perhatikan keluarga Yakub,
di mana mereka mau
menanggung satu sama lain,
mereka menjaminkan diri mereka
kepada bapaknya supaya
mereka bisa menolong keluarga ini
dari bala kelaparan.

Sikap mereka itu mempersatukan
keluarga mereka, termasuk juga Yusuf.
Dia mau menanggung keluarganya,
menanggung kakak-kakaknya,
menanggung adiknya dan
menanggung bapaknya.

Semangat menanggung inilah yang
mempererat tali persaudaraan dan
memperkuat kesatuan diantara mereka.

Marilah kita belajar untuk
membangun keluarga dengan
semangat rela menanggung
anggota keluarga lain dan
saling menanggung beban satu sama lain.

Disitulah baru kita dapat memiliki
kesatuan dan kebersamaan
untuk saling dikuatkan.

Keluarga yang sehati seperti inilah
yang diberkati oleh Tuhan.

Doakan dan Renungkan

• Seperti apa wujud dari
menghargai keluarga yang
Tuhan berikan pada kita?

• Apa peran dari orang percaya
yang sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kesatuan keluarganya?

• Marilah kita belajar untuk
membangun keluarga dengan
semangat rela menanggung
anggota keluarga lain dan
saling menanggung beban
satu sama lain.

Mari kita terus belajar dan
bertumbuh dalam Kristus